Tuesday, May 18, 2021

Jadi Biasa-biasa Saja

Gue selalu tidak mau menjadi menonjol di keluarga inti gue. Ketika ada suatu keahlian yang gue kebetulan bisa atau ada pencapaian yang gue dapati, gue akan memilih untuk diam saja ketimbang bicara kepada keluarga--khususnya ke orang tua gue--tentang hal itu. Alasannya simpel, tidak mau dimintai tolong ini-itu. Mending dilihat biasa-biasa saja.

Sebelum dicap anak tidak berbakti oleh kalian, gue punya alasan yang kuat kenapa begitu. Orang tua gue sayangnya termasuk yang kolot dan sulit terbuka dengan hal baru. Itu membuat mereka seringkali meleset mengartikan suatu hal yang gue jelaskan, akhirnya  meminta tolong tentang ini-itunya pun tidak relevan.

Contohnya ketika gue masih SMA. Gue adalah anak yang sering berada di warnet, kemudian orang tua gue sempat bertanya karena risih kenapa sering banget main ke warnet. Gue jelaskan kalau gue di warnet itu untuk berselancar di Internet dan juga untuk bermain game online, gue pun sudah menghasilkan pundi rupiah dari game online tersebut.

Semenjak saat itu, di mata mereka gue adalah tech genius karena anaknya adalah anak dalam jaringan banget, mengerti dinamika Internet beserta isinya, dan bisa hack Pentagon. Apa-apa berbau teknologi pasti larinya ke gue. Seperti membantu mengganti thumbnail YouTube contohnya.

Atau mungkin contoh lainnya adalah seperti terakhir kali gue mendapatkan tugas dari bapak dan ibu gue karena menurutnya gue sangat ahli urusan teknologi, tugas itu adalah buatkan kartu ucapan Lebaran untuk mereka kirim ke grup WhatsApp mereka yang jumlahnya puluhan itu. Tentu gue buatkan, hanya saja memakai Canva, namun mereka girang sekali melihat hasilnya. Mata mereka bersinar dan senyum terbentang lebar dari telinga kanan ke telinga kiri.

"Brengsek, jadilah gue seorang desainer di mata mereka sekarang." Keluh gue dalam hati saat melihatnya.

Atau kasus lain ketika mereka tahu gue bisa memakai kamera profesional untuk mengambil foto. Tiap ada kesempatan di acara keluarga, pasti gue akan dimintai tolong untuk mengambil foto... Memakai ponsel... Yang di mana orang tanpa keahlian kamera pun bisa.

Banyak hal remeh tidak relevan yang mereka seringkali mintai tolong gue karena mereka berpikir gue memiliki prestasi di bidang tersebut. Padahal itu adalah hal biasa yang sebenarnya sangat mudah untuk dipelajari. Tapi sayangnya orang tua gue sudah ada di fase tidak tertarik belajar hal baru. Dalam kasus Canva tadi saja contohnya, gue sempat ingin mengajari mereka dan menunjukkan betapa mudahnya untuk membuat desain receh yang nantinya mereka bisa pamerkan ke teman-temannya. Namun mereka selalu sembunyi di balik kata "gaptek" untuk tidak belajar.

Gue pernah menang lomba menulis dan lomba fotografi, namun belajar dari yang sudah-sudah, tentu gue tidak mau bicara tentang keahlian gue yang lain itu--yang jelas-jelas sudah pernah ada prestasi dari sana. Bisa-bisa mereka menganggap gue seperti sosok Darwis Triadi atau Stephen King, kemudian meminta tolong gue untuk mengambil foto dari ponsel untuk mereka unggah ke Instagram kemudian sekalian membuat caption-nya.

Ra mashook.

No comments:

Post a Comment