Monday, December 23, 2013

Loop

Di suatu tempat di Berlin, seorang anak muda sedang berjalan di pinggiran kota. Langit gelap menunjukkan kalau malam sedang menyelimuti saat itu. Pandangan pemuda itu dihalangi oleh kabut tebal, dan udara dingin menembus jaket kulit yang ia kenakan saat itu.

Anak muda itu terlihat sedang sangat kesal. Ia kesal karena sebelumnya tidak diberikan uang oleh orang tuanya untuk membeli gitar supaya dia bisa belajar dan bermain musik agar para wanita di sekolahnya tertarik kepadanya.

Jalanan saat itu sedang tidak dikerumuni banyak orang. Sepi. Dan juga gelap, kalau saja kalian lupa saat itu sedang malam. Anak muda itu berjalan dengan seluruh emosi negatif terkumpul di kepalanya. Dia sangat ingin sebuah gitar supaya bisa memikat para wanita di sekolahnya, tetapi dia juga tidak memiliki uang. Setan di telinganya membisikan sesuatu agar dirinya bisa menghasilkan uang dengan cepat. "Baiklah, aku akan mencuri uang dari orang saja!" ucapnya dalam hati.

Di jalanan yang sepi, di depannya terlihat orang tua yang sedang berjalan sendiri di pinggir jalan membawa tas di dadanya. Badannya gemuk, dan rambutnya putih. Anak muda itu berasumsi bahwa tas itu berisi barang yang berharga, karena buat apa sampai diepeluknya? Tanpa pikir panjang anak muda itu berniat merampasnya.

Perlahan ia ikuti orang tua itu dari belakang. Di suatu persimpangan, di bawah lampu, orang tua itu berhenti. Anak muda itu melihat kesempatan yang bagus untuk merampas tas tersebut. Dia bergegas menghampiri orang tua itu lalu mulai mencoba meraih tas yang dia pegang.

Orang tua itu kaget. Dia reflek untuk mempererat pegangannya ke tas itu. Lalu orang tua itu melihat wajah dan kedua mata anak muda yang mencoba mengambil tasnya. Orang tua itu terkejut. Dia melonggarkan pegangannya, dan berusaha membuka mulutnya untuk berbicara. "Hei, tungg..." belum selesai orang tua itu menyelesaikan ucapannya, anak muda itu langsung menarik tasnya dengan sekuat tenaga karena pegangannya mulai terasa longgar. Tas dengan gampang anak muda itu ambil, namun orang tua itu tampak terbujur kaku di jalan yang dingin. Dia seperti mati.

Walaupun anak muda itu sedang panik, tetapi dia masih sempat mengecek kondisi orang tua itu. Rupanya memang orang tua itu mati. Kepala belakangnya terbentur tiang lampu yang berada tepat di belakang ketika dia terpeleset jatuh saat tasnya diambil. Anak muda itu ingin berteriak minta tolong, tetapi jalanan sedang sepi. Lagipula kalau dia berteriak minta tolong, dia akan dipenjara. Dia langsung berlari menjauhi mayat orang tua tersebut sambil membawa tas yang dia rampas sebelumnya.

Saat di rumah, anak muda itu menangis, karena memang pada dasarnya anak muda itu adalah anak yang baik-baik. Entah iblis hebat apa yang berhasil menyuruhnya melakukan tindak kriminal. Setelah dia tenang, dia mengecek tas yang berhasil dia rampas. Isinya membuat dia terkejut, karena tas itu berisi uang yang cukup banyak. Melihatnya, anak muda itu tidak lagi merasa senang. Perasaan bersalah membuat obsesinya akan gitar hilang.

Setelah kejadian itu, si anak muda menjadi anak yang pendiam. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah belajar ketimbang bermain di luar bersama temannya. Perasaan bersalah adalah salah satu faktor yang membuat dia malas ke luar rumah. Karena di rumah tidak ada sesuatu untuk dikerjakan, maka dia lebih sering menghabiskan waktu dengan belajar di rumahnya. Uang yang cukup banyak itu pun juga dipakai untuk membeli buku ilmu pengetahuan yang banyak.

Waktu berlalu, karena saat muda dia menghabiskan banyak waktu untuk belajar, ketika dewasa si anak muda telah menjadi seorang ahli fisika. Dia telah menemukan banyak peralatan yang sudah membantu kehidupan manusia di seluruh dunia. Dia menjadi kaya. Dia juga sudah menikah dengan seorang wanita yang tadinya adalah rekan kerjanya. Dia juga memiliki 2 anak yang keduanya adalah laki-laki.

Waktu terus berlalu, anak muda itu sekarang terlihat tua dan gemuk. Sekarang ia terlihat sedang di gudang, baru saja menyelesaikan terobosan paling dahsyat dari seluruh temuannya. Dia baru saja menciptakan mesin waktu.

Setelah beberapa kali percobaan, dia sudah yakin kalau sudah aman untuk digunakan oleh manusia. Dia ingin manusia pertama yang mencoba mesin waktunya adalah dia sendiri. Tetapi dia bingung ingin ke mana. "Masa lalu? Masa depan? Ah... ya! Saat itu..." teriak orang tua tersebut.

Dia berencana kembali ke masa lalu. Tepatnya saat dia muda, saat dia yang muda sedang kesal tidak diberi uang untuk membeli gitar. Ya, malam di mana rasa bersalah mulai menghantuinya dan mengubah seluruh hidupnya. Malam ketika secara tidak sengaja dia membunuh seseorang. "Aku akan menghentikan diriku untuk membunuh orang. Aku akan memberinya uang, agar dia tidak merampok."

Persiapan telah selesai. Orang tua itu memasuki mesin waktu dengan membawa tas berisi uang yang cukup banyak. Lalu dia mengatur mesinnya agar dia bisa kembali ke malam dingin berkabut untuk memberi uang kepada dirinya yang masih muda. Perjalanan melintasi waktu pun terjadidan berhasil.


Orang tua itu sampai ke Berlin di masa lalu. Udaranya sangat dingin dan berkabut. Dia memeluk tasnya agar terasa sedikit hangat. Lalu dia mulai berjalan mencari dirinya yang muda sebelum dia membunuh orang. Dia berjalan dan terus berjalan sampai dia terhenti di persimpangan jalan. Dia berhenti karena dia melihat lampu jalan di persimpangan yang terasa sangat akrab di pikirannya. Dia mencoba mengingat sebentar, kemudian dia sadar bahwa tempat itu adalah tempat di mana dirinya yang muda secara tidak sengaja membunuh orang tua.

Dia merasa ada yang janggal. Lalu dia mencoba berpikir mencari tahu apa yang janggal. Saat dia berpikir, ada seseorang yang mencoba merampas tas yang dia bawa. Orang tua itu dengan sigap memeluknya dengan erat. Kemudian orang tua itu melihat sosok yang mencoba merampas tasnya. Ternyata yang mencoba merampas adalah dirinya yang muda.

Dirinya tersadar bahwa dirinya adalah yang di bunuh saat dia muda. Dia menghentikan perlawanan, dan ingin memberikan tas berisi uang itu langsung agar tidak ada kecelakaan yang terjadi, maka dia mengendorkan pegangannya, dan mencoba berbicara "Hei, tungg..." Namun setelah dilonggarkan, dirinya yang muda malah menariknya dengan paksa sehingga dia terdorong ke belakang dan terpeleset. Kakinya terpeleset, badannya miring, dan dia jatuh sebelum menyelesaikan kata-katanya. Ketika jatuh, kepalanya terbentur tiang di belakangnya dengan keras dan kemudian dia mati.

Wednesday, December 4, 2013

Bad Boy>Nice Guy?




Dari semua topik pembuka obrolan ke cewek yang gue temui di mall, taman, atau tempat nongkrong yang biasa gue kunjungi, topik favorit gue yang ketiga adalah “Lu lebih suka cowok bertipe bad boy atau nice guy?”
 
Setelah ditanya seperti itu, hampir 90% dari para wanita menarik itu menjawab lebih suka BAD BOY!
“kenapa tuh emangnya suka sama yang tipe bad boy?” adalah lanjutan dari obrolan untuk merespon jawaban mereka tadi. Jawabannya macam-macam, kalau ditulis di sini akan panjang. Bisa sih diuraikan satu persatu, tapi gue males. Jadi berkat rasa males, jawaban dari para kaum hawa itu bakal gue ringkas: BAD BOY ITU ASIK!

(Baca: Lah, nyet, bad boy kan bajingan?)

Iya, jadi begini, anak monyet, bad boy emang bajingan, tapi... tapi, perilaku para pria bajingan dan kurang ajar itu menegaskan simbol kegilaan, kesempurnaan, kebebasan, kemegahan, “kedewasaan”, dan “kemapanan” yang sangat membuat para wanita penasaran. Hal-hal itu membangkitkan sensasi yang jarang banget bisa ditemui oleh pria yang sering berperilaku sopan, kalem, atau baik.




Kenalan gue, Lex, pernah bilang, bidang studi psikologi dapat menganalisa mengenai pria brengsek nan bajingan ini dalam hal romansa pada kombinasi Big Five berikut ini: high extraversion (penuh energi, ekspresif di hadapan orang lain), low neuroticism (jarang mengalami emosi yang tidak menyenangkan), low conscientiousness (santai, berantakan, tidak disiplin), low agreeableness (mementingkan diri sendiri, cenderung bersaing ketimbang kerjasama), high openness to experience (suka tantangan, cepat bosan, pecandu tantangan baru). Dan P.K Jonason dari New Mexico University menemukan bahwa James Bond adalah figur yang paling cocok menggambarkan seluruh sifat di atas.

Ada yang pernah liat James Bond telfon cewek untuk sekedar nanya “Kamuh dah mam lum?”



 "Apah? Kamu lum mam? Mam dong, biar nggak tatit."

Oke, nggak usah deh ya seberat itu penjelasannya. Kalau menurut kacamata para wanita yang gue ajak ngobrol, bad boy lebih menarik karena mereka itu ekspresif, nggak menye-menye (ini gue nggak tau arti pastinya, tapi... ya gitu deh), berani untuk nggak baik. Itu membuat mereka terlihat lebih fun dibanding para nice guy yang pernah mereka temui.

Menurut gue, bad boy sendiri ada 3 jenis: pertama adalah mereka yang sudah menjadi bad boy secara natural, kedua adalah mereka yang menjadi bad boy karena difasilitasi lengkap sejak kecil (tajir mampus. Yang orang tuanya kalau diare mencret duit), yang ketiga adalah mereka yang menjadi bad boy karena pengalaman pahit. Contoh nomer tiga adalah kasus yang menarik.

Orang yang menjadi bad boy karena pengalaman biasanya sudah pernah mengalami pengalaman yang menghasilkan air mata berdarah di dalam hubungan romansanya. Biasanya mereka dulunya adalah seorang nice guy yang disia-siakan oleh gebetannya. Disia-siakan karena dahulu mereka selalu ada ketika gebetannya butuh bahu saat sedang jatuh terpuruk dikarenakan lelaki yang disukainya kerap menyakitinya. Lalu dia  datang dengan memberi 1001 kata motivasi yang menghibur setelah gebetannya curhat dengan sejuta keluhan atas pria brengsek yang disukainya. Dengan usaha maksimal, mereka membuat gebetannya yang sedang sedih menjadi tertawa. Tujuannya hanya satu: agar si gebetan mau melupakan pria brengsek yang disukainya dan melihat dia yang sudah bersusah payah menjadi yang terbaik buatnya dengan cara menunjukkan kebaikan yang pria brengsek itu tidak punya. Tetapi hasilnya malah terbalik, si gebetan tetap nempel kepada si pria brengsek dan si nice guy itu hanya mendapat gelar teman baik di hati gebetannya. Rasa sakit yang ekstrim membuatnya dihadapkan pada dua pemikiran: 1. Gue harus lebih baik lagi, 2. Gue nggak bisa begini terus. 

Dan para bad boy yang menjadi bad boy karena pengalaman adalah mereka yang belajar setelah menempuh jalur nomer dua. Tidak puas menjadi raja di zona teman sang wanita pujaan, membuatnya mengambil langkah ekstrim. Tentunya kalian tahu kalau kisah di atas adalah curhatan. Hahaha.

Memang, susah rasanya untuk tidak bersikap layaknya ksatria putih berkuda friendzone ke pada wanita yang kita suka. Tapi, hei! Wanita hanya akan tambah suka bila diperlakukan baik oleh pria yang disukainya. Pernah disukai wanita yang tidak lu sukai? Ya, mereka jadi suka karena lu memperlakukan mereka seperti biasa atau mungkin layaknya bad boy, dan lu menjadi nice guy ketika berhadapan dengan wanita yang lu suka. Terbayang? 

Jangan sembarang menunjukkan minat lu ke tiap wanita yang lu suka, berani mengatakan “Tidak!” ketika seorang wanita yang disuka meminta hal di luar akal, mampu hidup terpisah darinya, tidak harus mengikutinya ke manapun dia ingin pergi, dan berbagai hal lainnya.

Wanita tidak ingin pria yang hanya unggul dalam kebaikannya, apalagi hanya memiliki hal itu saja (kebaikan). Mereka ingin pria yang lengkap dengan keunggulan-keunggulan lainnya. Atau setidaknya pria yang mampu menunjukkan bahwa dia bisa lebih dari sekedar berbuat baik, sopan, dan menghargai wanita saja.

Jadi... gimana? Hahaha. 

Oh iya, gue belum menulis jawaban mereka kenapa tidak memilih nice guy. Karena nice guy itu mudah terbaca, membosankan, dan sifat baiknya yang sering diumbar sangat sayang untuk tidak menjadi sekedar teman. Jarang sekali ada atau bahkan tidak ada kejutan yang didapat.

Tentu para nice guy di luar sana memiliki keunggulan lain yang tidak dimiliki para bad boy. Tetapi  untuk menarik lawan jenis, sifat ini tidak begitu membantu. Lalu bagaimana? "Lu perlu berlatih mengekspresikan kombinasi Big Five di atas tanpa perlu menjadi bad boy yang bajingan, disfungsional, kekanak-kanakan, merusak dan menyakiti setiap wanita yang tertarik sama lu. Lalu kalau lu sudah siap untuk membina hubungan yang lebih serius lagi, lu harus bersedia mengurangi sedikit kesempurnaan lu dan menunjukkan sisi lemah untuk diisi oleh sang kekasih. Ijinkan dia berakar dan bertumbuh di dalam diri lu agar ia gak mudah terpikat oleh gelora pria-pria lain yang senantiasa menggodanya" kata si Lex.

Kalau lu setuju dengan tulisan di atas, gue harap, lu berjanji pada diri sendiri untuk tidak meneruskan strategi jadul yang lu lakukan selama bertahun-tahun ini sehingga membiarkan para wanita di luar sana menjadi bosan dan terpaksa karena tidak punya pilihan lain jatuh ke pelukan pria brengsek. 

Hidup adalah game, romansa adalah bagian darinya, dan seperti game pada umumnya, game romansa mempunyai strategi dan peraturan, jalani dengan benar dan lu bakal menangin game-nya!

Tuesday, October 22, 2013

Pomade

Selama ini untuk gaya rambut, gue sering beberapa kali memakai produk hairstyling. Gue sudah mencoba krim, gel, dan wax, dan masing-masing tidak ada yang benar-benar bisa menuruti kemauan gue.

Saat gue memakai krim, hasilnya membuat gue kurang puas. Gue mendapatkan kilau rambut dan mendapatkan efek basah pada rambut gue. Namun hanya itu saja, rambut gue mesti sering-sering ditata ulang, karena krim rambut tidak membantu membuat rambut tetap pada gaya yang gue mau. Lalu gue memakai gel, dan gue mendapatkan hasil yang cukup baik, kilau rambut dan efek basah bisa gue dapatkan, dan gaya rambut yang gue mau bisa bertahan. Sayangnya jika memakai gel, rambut akan mengeras, dan tentunya tidak bisa diatur.  Setelah itu gue memakai wax, dan untuk pemakaian wax terakhir kali gue cukup puas. Gue memakai produk wax dari Gatsby, yaitu Gatsby Moving Rubber. Walaupun kilau kurang dan cenderung terlihat kering, namun gue bisa mendapatkan gaya rambut seperti yang gue mau dan tahan lama, selain itu juga bisa diatur, namun tidak sebebas yang gue mau.

Sampai akhirnya gue menemukan produk hairstyling yang bernama pomade.




Sebenarnya gue sudah mendengar tentang pomade bertahun-tahun lalu, tetapi tidak pernah gue coba karena masih terdengar asing dan harganya yang lebih mahal dari produk hairstyling yang pernah gue tau. Sampai akhirnya sekitar sebulan lalu seorang teman meracuni gue tentang pomade. Rasa penasaran akan produk ini datang lagi, dan gue coba mencari informasi tentang si pomade ini.

Hasil dari pencarian info yang gue lakukan memberi tahu kalau pomade adalah produk lawas. Pomade itu mudah diatur seperti wax dan kuat seperti gel, hanya saja pomade mudah ditata/disisir ulang tidak seperti gel dan memberikan kilau yang lebih baik ketimbang wax. Pomade juga memiliki daya set yang bervariasi, dari yang light hold untuk yang membutuhkan kilau, medium hold, sampai yang strong hold yang bisa membuat rambut ikal menjadi lurus.

Pomade itu adalah yang orang dulu bilang minyak rambut, karena memang bahan dasarnya minyak. Walaupun bagus, orang-orang di Indonesia belum banyak yang tahu karena di sini tidak begitu populer (baru akhir-akhir ini lagi mulai kembali populer). Kalau di Amerika cukup populer sampai ada grupnya sendiri. Dan karena bahan dasarnya adalah minyak, untuk pencucian mungkin kalian akan mengalami kesulitan dalam mencucinya. Kalau keramas biasa mungkin akan hilang setelah 2-3 kali pencucian.

Kayak yang gue bilang tadi, ini adalah merk lawas. Orang tuamu pasti tahu apa itu pomade, kalau tidak tahu, berarti kakekmu yang sudah pasti tahu. Kalau tidak tahu, mungkin mereka tidak tahu kalau produknya bernama pomade, biasanya mereka menyebutkan dengan nama brand-nya, Tancho.

Tancho sendiri adalah pomade yang masih diproduksi di Indonesia, oleh karena itu harganya murah. Gatsby juga mempunyai pomade dan diproduksi di Indonesia. Sayangnya kedua brand tersebut memiliki wangi yang menyengat sehingga banyak orang yang lebih memilih pomade Amerika. Pomade Amerika sendiri ada banyak pilihannya, seperti: Murray’s, Cockgrease, dan lainnya yang mungkin akan gue bahas di post yang akan datang. Wangi dari pomade impor juga bermacam-macam dan tidak menyengat seperti pomade dari brand yang gue sebutkan di atas tadi. Untuk hold juga lebih bagus dengan tingkat kilau yang bermacam-macam juga. Masalahnya, harga pomade impor itu lebih mahal daripada pomade lokal. Murray’s yang harga aslinya cuman $3.5, bila dijual di Indonesia bisa mencapai Rp. 130 ribu dan mungkin paling murah Rp. 90 ribu.

Tetapi sekarang ini mulai banyak juga pomade buatan rumah yang kualitasnya nggak kalah dari pomade impor, dan tentu harganya juga tidak terlalu mahal dari pomade impor. Seperti pomade pertama gue, Toar & Roby’s Pomade yang gue dapatkan cuman dengan harga Rp. 50 ribu.

Ya, berhubung sekarang ini gue sangat suka model rambut yang tertata rapi seperti ini:

Ketimbang yang seperti ini: 

Ya pomade merupakan pilihan paling tepat. 

Dan ngomong-ngomong, gaya rambut yang bisa ditata dengan pomade tidak terbatas sama yang di atas saja. Ada banyak pilihan gaya rambut yang bisa diatur dengan pomade, seperti: Pompadour kayak anak-anak bergaya rockabilly, dan bahkan gaya mohawk/fauxhawk bisa diatur juga dengan produk ini.

Oke deh, mungkin untuk selanjutnya gue bakal bahas tentang pomade lagi, tapi ya kalau lagi pengen aje.

Oh iya, kalau mau nanya-nanya seputar pomade juga bisa lewat ask.fm gue, tinggal klik DI SINI.

Salam klimis! :D

Thursday, September 19, 2013

Tips Presentasi 101



Yak, sesuai judul, sekarang ini gue mau bahas tentang tekhnik presentasi yang paling mendasar. Hehe.

Pernah nggak elu ngeliat sebuah presentasi yang menarik? Sebuah presentasi yang membuat elu fokus kepada apa yang dipresentasikan, walaupun materi presentasi itu bukanlah hal yang sesuai dengan minat lu. Dan pernahkah elu terjebak di sebuah presentasi yang sangat membosankan di mana selama sesi presentasi elu nggak henti teriak “BURUAN SLIDE TERAKHIR KEK!” dalam hati? Padahal materi yang dipresentasikan adalah hal yang benar-benar elu sukai.

Kok bisa seperti itu? Ya, itu semua adalah efek dari pembawaan sang pembicara.

Nggak peduli seberapa bagus materi presentasi yang dibawakan, kalau pembawaannya nggak bagus maka presentasi itu bisa disebut gagal. Nggak peduli seberapa besar kharisma sang pembicara sehari-hari, kalau pembawaannya kacau maka presentasinya tidaklah menarik.

Bila bicara soal presentasi, gue bisa bilang kalau gue adalah favorit beberapa dosen kalau presentasi individual. Beberapa teman gue juga suka kalau gue presentasi di depan kelas. Katanya sih nggak ngebosenin. Bukannya sombong, tapi ya gimana lagi *benerin rambut*. Haha.

Oke, sekarang gue mau langsung saja berbagi apa saja yang mesti diingat saat melakukan presentasi.


1. Audiens Juga Butuh Perhatian
Oleh karena itu, hindari melihat laptop! Banyak sekali mahasiswa yang saat presentasi malah melihat laptop sepanjang presentasi berlangsung.  Itu salah besar! Selain karena sudah ada bayangan materi lu yang diproyeksikan proyektor di depan (yang tentu saja bisa dilihat lebih jelas karena lebih besar), dengan melihat materi presentasi di laptop terus menerus lu jadi nggak punya waktu menatap para audiens. Mereka jadi seperti tidak bisa lu kuasai, dan elu sendiri jadi terlihat seperti sedang gugup walaupun sebenarnya tidak.  Para audiens merasa sedang tidak diperhatikan, dan kalau sudah seperti itu kemungkinan besar mereka akan bosan dan tidak tertarik kepada presentasi yang elu bawakan. Jadi sekali lagi, jangan melihat materi di laptop terlalu sering. Kalau lupa apa yang dipresentasikan, elu bisa melihat bayangan proyektor di depan.


2. Slide Penuh Tulisan = DOSA!
Apalagi jika ternyata tulisan yang ada di slide adalah apa yang dijelaskan. TERLEBIH LAGI, ternyata saat presentasi, sang pembicara hanya membaca apa yang tertulis di depan TANPA ada penjelasan lainnya selain apa yang tertulis di depan. Jika seperti itu, selamat! Presentasi elu sepenuhnya gagal!
Ketika kita presentasi di depan kelas atau apapun, kita biasanya menggunakan software Power Point. Ya namanya juga Power Point, seharusnya hanya poin-poinnya saja yang dimasukkan ke dalam slide. JANGAN semua yang ingin lu jelasin dimasukkan ke dalamnya. Coba bayangkan lu sedang melihat sebuah presentasi dengan banyak tulisan, dan sang pembicara hanya membaca apa yang terpapar di depan. Gimana reaksi lo? Jadi nggak tertarik kan? Makanya kalau sudah tau itu membosankan, ya jangan ikut dilakukan! Usahakan tulisan yang ada di slide lu hanya sedikit. Makin sedikit semakin bagus. Kalau hanya ada gambar tanpa tulisan, LEBIH BAGUS LAGI! Itu menunjukkan kalau lu sudah menguasai banget materi yang mau lu bawa. Tapi kalau belum menguasainya, ya letakan poin-poinnya saja yang ditulis. Dengan melakukan itu semua, presentasi lu akan lebih menarik. Tetapi nggak berarti para audiens nggak bosen. Bisa saja materi lu menarik banget, tapi pasti ada saja yang bosan. Nah bagaimana cara membuat mereka nggak bosan?


3. Ice Breaker
Ada satu istilah yang namanya Ice Breaker. Itu adalah suatu cara untuk mencairkan suasana ketika situasi sudah semakin kaku dan tegang. Bagaimana caranya? Satu cara yang ampuh adalah humor!
Ketika lu sudah merasa kalau presentasi lu mulai kaku atau sunyi, lu bisa memilih: mau sisa presentasi lu menjadi garing ATAU lu pecah kesunyian itu dengan melakukan ice breaking. Kalau ice breaking tidak dilakukan, ya siap-siap saja menghadapi kesunyian.
Di kampus, gue punya contoh salah satu ice breaker yang melegenda di antara teman-teman gue. Itu terjadi pas gue mempunyai tugas menjadi brand manager Indomie.
Jadi saat gue sedang menjelaskan tentang varian rasa baru Indomie, gue menambahkan 1 gambar “Indomie Rasa Ayam Kampus” yang modelnya Miyabi. Gue nggak membahas Miyabi, tapi gue menjelaskan contoh rasa baru dengan serius. Teman dan dosen gue tertawa lepas. Pecah! Haha. Orang-orang yang tadinya sudah hilang perhatian dan mulai tidak peduli terhadap presentasi gue, mulai kembali fokus ke presentasi yang gue bawakan di depan. Itulah gunanya ice breaker.
 Tidak mesti gambar sih, bisa juga humor-humor cerdas seperti melakukan stand-up comedy, dan ini yang biasanya gue pakai. Tapi ingat, jangan garing! Haha.


4. Interaksi
Salah satu bentuk cara menguasai audiens adalah lu mengajak mereka berinteraksi. Apapun interaksinya, yang penting interaksi! Entah itu membuat salah satu audiens maju sebagai peragaan, atau bertanya. Contoh:

Elu: Yak, coba Anda yang bermuka seperti pecandu narkoba di sana. Tahukah Anda tentang mobil listrik?
Dia: *menjawab*
Elu:  Yak! Mobil listrik adalah blablabla...

Walaupun hanya satu orang yang elu ajak interaksi, kemungkinan semua orang akan memperhatikan. Dan kalau bisa orang yang elu ajak berinteraksi adalah orang yang kelihatannya sudah mulai bosan, agar dia kembali fokus.


5. KUASAI MATERI
Dan kembali lagi, KUASAI MATERI. Ini sangat gue tekankan karena ini adalah inti dari semuanya. Kuasai materi yang akan elu bawakan nanti. Jadi saat presentasi nanti, elu nggak melulu liat bayangan proyektor dan membaca materi presentasi lu di depan. BASI, MAN! Gue sering banget melihat presentasi yang pembawaannya sangat buruk. Slide seperti koran, tulisan melulu, dan pembicara membaca terus-menerus materinya di depan. Poin yang sudah tertera jelas di layar dia baca tanpa memberikan penjelasan. Sesekali dia berbalik menatap audiens, tetapi tidak jelas siapa yang dia tatap. Jelas sekali kalau dia tidak menguasai benar materi yang dia bawakan. Elu mau seperti itu?
Beda kalau elu menguasai materi. Kalau elu menguasai materi yang elu bawakan, elu akan otomatis pede lalu presentasi akan lancar. Dan walaupun tidak tau 4 poin di atas sebelum ini, kalau elu menguasai materi dengan benar-benar, melihat materi terus-terusan dan presentasi yang membosankan kemungkinan tidak akan terjadi.


Ya segitu dulu saja deh. Untuk selanjutnya, gue akan menjelaskan bahasa tubuh apa yang semestinya jangan dan harus digunakan saat presentasi. Untuk sementara lakukan itu saja dulu, dijamin elu bisa melakukan presentasi dengan menarik. Hal yang sangat penting adalah kuasai materi, slide jangan berisi banyak tulisan dan jangan hanya membaca apa yang terpapar di slide lu. Ya logikanya, kalau elu hanya membaca apa yang tertulis di slide elu, buat apa maju dan ngomong untuk presentasi? Biar saja mereka yang membaca. Haha.

Oke, selamat mencoba itu semua, para mahasiswa! :D

Tuesday, September 17, 2013

Palin





Di ruang sepi
Gelap
Sunyi

Seseorang bercerita… sementara… satunya mendengarkan. 

Mereka berdua terus berbicara.


X: Aku mau mati aja.

Y: Oh, terus gimana tuh?

X: Ya kalau aku sih  nggak tau lagi mau ngapain. Semuanya sudah mulai terasa hambar. 

Y: Memang sih, aku pun pernah merasakan hal serupa. Tapi ya aku tetap berusaha untuk menikmatinya kok sejauh ini.

X: Merasakan hal kayak aku gitu? Bayangin aja, pernah nggak sih kau merasa kalau kamu itu kayak robot? Bangun tidur, kerja, main, pulang ke rumah, lalu tidur lagi. Kegiatan rutin yang kalau dipikir-pikir membosankan begitu. Apa bedanya sama mesin? Aku muak!

Y: Haha, perasaan kayak gitu sih wajar kali. Setiap manusia pasti pernah mikirin hal serupa.

X: Ya nggak tau lah. Mungkin saja iya. Atau mungkin cuman diriku saja yang sedang dilanda kebingungan yang berat.

Y: Hmm... Apa kau lagi merindu seseorang? Mungkin itu masalahnya. Ada lubang kecil namun sekaligus besar di dalam hidupmu. Makanya kau kelihatan sedang tersesat. Hal yang mungkin bisa memandumu tidak ada. Matamu jelas sekali menunjukkan kalau kau sedang hilang arah.

X: Begitu ya? Jujur aku tidak berpikir sampai ke situ. Mungkin saja sih yang kau katakan itu benar adanya.  Tapi...

Y: Haha! Nggak perlu lah kau memusingkannya. Toh kau ini masih muda. Aku pun masih muda. Kita ini muda, kawan! Perjalanan kita masih lah jauh. Memikirkan hal seperti hanya membuatmu tersendat.

X: Ya mungkin akunya saja ya yang sedang mengalami krisis kehidupan?

Y: Haha! Nggak perlu lah kau memusingkannya. Toh kau ini masih muda. Aku pun masih muda. Kita ini muda, kawan! Perjalanan kita masih lah jauh. Memikirkan hal seperti hanya membuatmu tersendat.

X: Begitu ya? Jujur aku tidak berpikir sampai ke situ. Mungkin saja sih yang kau katakan itu benar adanya.  Tapi...

Y: Hmm... Apa kau lagi merindu seseorang? Mungkin itu masalahnya. Ada lubang kecil namun sekaligus besar di dalam hidupmu. Makanya kau kelihatan sedang tersesat, hal yang mungkin bisa memandumu tidak ada. Matamu jelas sekali menunjukkan kalau kau sedang hilang arah.

X: Ya nggak tau lah. Mungkin saja iya. Atau mungkin cuman diriku saja yang sedang dilanda kebingungan yang berat.

Y: Haha, perasaan kayak gitu sih wajar kali. Setiap manusia pasti pernah mikirin hal serupa.

X: Merasakan hal kayak aku gitu? Bayangin aja, pernah nggak sih kau merasa kalau kamu itu kayak robot? Bangun tidur, kerja, main, pulang ke rumah, lalu tidur lagi. Kegiatan rutin yang kalau dipikir-pikir membosankan begitu. Apa bedanya sama mesin? Aku muak!

Y: Memang sih, aku pun pernah merasakan hal serupa. Tapi ya aku tetap berusaha untuk menikmatinya kok sejauh ini.

X: Ya kalau aku sih  nggak tau lagi mau ngapain. Semuanya sudah mulai terasa hambar. 

Y: Oh, terus gimana tuh?

X: Aku mau mati aja.


Mereka berdua terus berbicara.

Satunya mendengarkan… sementara… seseorang bercerita

Sunyi
Gelap
Di ruang sepi.

Friday, September 13, 2013

Kekuatan Bercerita



Belakangan ini gue lagi menyukai seni bercerita atau story telling. Kenapa? Karena semua orang suka mendengar suatu cerita yang bagus.

Pernah nggak lu mengalami situasi di mana seseorang bercerita, entah itu teman lu, dosen, orang tua, atau orang asing, yang ceritanya membuat lu fokus ke si pencerita dan penasaran akan kelanjutannya? Si pencerita membuat lu ikut membayangkan pengalaman apa yang si pencerita ceritakan dan elu merasa mengalami situasi apapun yang si pencerita itu ucapkan.

Elu asik mendengarkan dia. Lu bukan hanya mendengarkan, tetapi juga menyimak apa yang dia ucapkan. Dan ketika cerita berakhir, lu ingin dia menceritakan hal lain.

Itu lah kehebatan dari story telling yang dibawakan dengan baik dan tepat!

Sebuah cerita memiliki efek yang luar biasa terhadap orang yang mendengarkannya. Kita selalu mudah terpengaruh oleh sebuah cerita, baik melalui novel, film, bahkan lagu.

Kita “belajar” dari cerita.

Kita ikut tersedot masuk ketika mendengarkan sebuah cerita yang dibawakan dengan tepat. Beberapa orang mungkin bilang seperti terhipnotis. Itu mungkin alasannya kenapa sering kali saat kita memanggil teman yang sedang membaca buku, mereka seakan-akan tidak mendengarkan kita sama sekali. Ya, karena mereka sedang terhipnotis oleh cerita itu.

Sama seperti saat lu mendengarkan sebuah cerita bagus dari teman lu, perasaan nggak sabar akan endingnya mengganggu pikiran lo. Ketika ada gangguan seperti dia sedang ditelfon, lu menghembuskan nafas sedikit kecewa dan tidak sabar mendengarkan dia bercerita lagi.

Betapa dahsyat efek dari bercerita! :D

Itu juga nilai plus buat lu para cowok di mata cewek. Cerita lu nggak mesti bagus, cukup cerita sederhana, dan itu saja sudah membuat lo berada di atas para cowok lainnya yang pernah dia temui.

Kenapa? Karena saat lu bercerita dengan bagus, dia merasakan mood dan interest  yang terbawa naik turun. Bahkan ikut secara aktif membayangkan kejadian yang lu ceritakan. Pengalaman yang diceritakan dengan baik memberikan emosi yang timbul tenggelam, emosi yang membuat dia menginginkan lu untuk terus bercerita. Dan perempuan adalah makhluk yang sensitif soal tersentuh dan penasaran, bila kita membicarakan emosi.

Lewat cerita, lu bisa menceritakan diri lu dengan cara yang nggak biasa. Lu bisa mengungkapkan hobi, kepribadian, dan lain-lain dengan cara yang tidak membosankan.

Oke, gue bakal berbagi sedikit cara dan tekhnik story telling yang telah gue pelajari. Berikut sedikit hal yang mesti lu perhatikan ketika lu bercerita.


1. Eye Contact.
Sebuah cerita yang menarik pasti melibatkan kontak mata di dalamnya. Nggak mungkin lu bisa bercerita dengan baik kalau lu nggak menatap mata orang/orang-orang yang lu ajak bercerita. Kenapa? Karena mata adalah jendela jiwa. Mata bisa saja bercerita lebih baik daripada mulut. Karena lu juga mengirimkan emosi dan perasaan lu ketika bercerita lewat mata. Selain itu, tanpa kontak mata, lu juga menunjukkan kalau elu agak minder dan tertutup.


2. Spesifik
Kalau bercerita sebaiknya nggak tanggung-tanggung. Jelaskan secara spesifik, entah itu situasi saat itu, orang yang sedang lu ceritakan, apa yang lu lakukan saat itu. Spesifik. Dan kalau bisa ditambah dengan kata-kata yang tidak biasa seperti: menaklukan, mengembara, petualangan, memperhatikan, dll. Dan bisa juga ditambah bumbu puitis. Jangan takut dibilang norak. Justru kenorakan lu itu yang sedang dia simak dengan asik. :D


3. Gesture dan mimik
Dalam bercerita, lu nggak bisa diam saja atau melipat tangan atau menopang dagu dan hanya menggerakan bibir saja. Lambaian tangan, gerakan kaki, goyangan badan, anggukan kepala, dan ekspresi yang beragam SANGAT MEMBANTU membuat lu semakin disimak. Apa pernah lu mendengarkan orang yang jago bercerita, namun dia hanya diam dan ngomong aja? Nggak kan? Tentu mereka aktif menggerakan anggota badan dan menggunakan mimik muka yang ekspresif dan membuat ceritanya semakin seru.


4. Jeda, efek suara, dan umpatan
Ini semua adalah bumbu-bumbu penyedap yang membuat cerita lu terdengar semakin nyata di pikiran mereka. Efek yang ditimbulkan akan semakin kuat jika elu menambahkan bumbu-bumbu ini.


Gue kasih contoh saja sekarang. Seorang cewek bertanya ke elu “kok lu memar?” dan elu menjelaskan kalau lu baru saja kecelakaan.

Lu bisa saja bilang “kemarin gue kecelakaan di Kalimalang. Diserempet motor. Untung aja gue nggak kenapa-kenapa.”

Atau “Jadi kemarin gue mau ke kampus sekitar jam 2 siang. Dan lu tau dong pasti, jam 2 siang itu... beuh! Cuacanya panas banget! Sebenernya agak males juga sih panas-panasan, soalnya kelenjar keringat di kulit gue lagi malas mengeluarkan keringat berlebih, tapi ya gimana lagi, absen gue udah mentok. Maklum lah anak bandel. Haha. Setelah siap, gue langsung keluar pakai motor gue. Untung aja bensin udah full, jadi gue nggak perlu lama-lama isi bensin lagi. Gila aja, antrian jam segitu kan biasanya panjang, dan gue udah telat pula. Gue kendarain motor gue dengan sedikit ngebut di jalan raya. Dan banyak yang ngebut juga, ya karena sepi. Tiba-tiba... DUAR! Ada motor matik berwarna merah nabrak ban belakang gue dan gue langsung jatoh. Motor yang nyerempet gue nggak kenapa-kenapa, kampretnya lagi, dia langsung kabur. Bangke emang! Untungnya aja, pas motor udah agak oleng, gue langsung lompat dari motor, jadi gue nggak keseret. Dan blablablablablabla”

Coba, mana yang lebih seru?

Sebenarnya setiap orang sudah jago dalam bercerita, namun ada saja hal-hal yang membuat orang itu tidak bisa bercerita ke semua orang (jadi hanya ke beberapa orang saja). Entah karena dia menyukai orang yang diajak bicara, atau karena faktor-faktor internal lainnya. Entah, namun gue sendiri banyak menemukan orang yang saat bercerita terdengar sangat menarik, dan juga ada yang malah terasa kurang, dan gue adalah salah satunya. Tapi gue belajar untuk bisa bercerita dengan baik, dan hasilnya sekarang lumayan bagus.

Kalau gue sendiri yang tidak bisa dan malas bercerita jadi suka bercerita, kenapa elu nggak? :)

Friday, June 14, 2013

Update Singkat

Update singkat.

Udah.

Bye.

Thursday, May 23, 2013

Lucu Itu Relatif

Udah lama banget blog ini nggak diisi dengan tulisan (yang diusahakan) lucu. Tulisan semacam itu terakhir kali mungkin yang gue tulis tahun lalu yang berjudul Ganti Provider Bikin Keder. Gue rasa sih ada banyak faktor yang menyebabkan gue nggak bisa (berusaha) menulis lucu lagi. Entah karena gue makin sibuk sama kegiatan sehari-hari gue, entah karena lingkungan, entah karena kompor di dapur dipindahin dekat kulkas makanya fengshui-nya jadi jelek. Entah.

Sebenarnya untuk membuat suatu hal menjadi lucu itu tidaklah gampang. Karena setiap orang mempunyai perspektif sendiri terhadap apa yang mereka anggap lucu. Orang-orang mempunyai selera humor yang berbeda. Itu disebabkan oleh apa yang orang-orang terima (lihat atau dengar) dari lingkungannya. Itulah yang membuat 'lucu' menjadi tidak universal.

Gue punya teman dari berbagai kalangan. Kalangan atas sampai kalangan bawah. Orang kota sampai orang daerah. Dan jika dibandingkan, apa yang mereka anggap lucu itu mempunyai perbedaan yang sangat jelas. Bisa saja lelucon yang kita anggap "basi" malah terdengar sangat lucu di telinga teman kita yang dari daerah berbeda. Dan sebaliknya, yang kita anggap lucu malah terdengar garing di telinganya. 

Gue: Dosen gue baru potong rambut kemarin. Sekarang kepalanya botak, kayak deodoran.
Dia: Hahahahaahaha! Deodoran! Hahahahaha!
Gue: Respon lo berlebihan, man. Oh iya, dia juga tadi kasih tes tiba-tiba, gue belom belajar pula. Kepala gue berasep tadi ngerjainnya.
Dia: Jiahahahahahaha! Saking kebanyakan mikir ye, jadi berasep! Hahahahahahahahahahahaha!
Gue: Ooo... keee... emangnya itu lucu?
Dia: Hahahahahahahahahahaha! Lucu banget kali!
Gue: ...

Ada juga yang suka lelucon semacam "Aaaah, dasar ujung knalpot!", "Yeeee, gedebong pisang!", atau "Yeee, pinggiran jamban!". Nah gue termasuk orang yang tidak menyukai lelucon seperti itu. Tetapi banyak orang yang gue kenal masih memakai lelucon ini. 

Pasti kalian pernah lah mendengar lelucon yang bertujuan merendahkan lawan bicara dengan mencocok-cocokan lawan bicara dengan hal yang yang tidak rasional ini. Dan menurut gue itu sama sekali nggak efektif. Maksud gue... ayolah, tujuan mengejek itu kan untuk membuat orang sakit hati. Tetapi kalau diejek seperti itu apa sakit hatinyaaaa? Maksudnya, apa lu bakal sakit hati begitu lu disamakan dengan gedebong pisang? Gedebong pisang kan berguna menyimpan air supaya buah pisang bisa tumbuh dan dimakan oleh manusia, dan bisa juga dijadikan rakit gedebongnya. See? Itu berguna! Lu dibilang kalau elu itu berguna apa bakal sakit hati? Selain itu kita itu manusia, bila disamakan dengan benda mati ya jelas kita nggak seharusnya marah, malah berduka atas otak si pengejek yang intelegensianya ketinggalan 20 tahun dari manusia normal. Gue justru bakal lebih sakit hati misalnya disamakan dengan orang yang melontarkan ejekan seperti itu. 

Dia Yeeee, sendal jepit!
Gue: *mengerutkan dahi* ha? Coba yang lebih baik lagi.
Dia: Dasar botol kecap!
Gue: Segitu aja?
Dia: Yeeee, gue!
Gue: Ha?! Apa lu bilang?! Lu bilang kalau gue itu elo?! MATI LOOO!!!

Biasanya sih gue cukup membalas dengan senyum sedikit saja untuk menghargai usaha mereka untuk membuat hal lucu. Tetapi dalam hati gue teriak dengan lepas "ANJIR JAYUS AMAT!". 

Ya memang, untuk membuat hal lucu untuk membuat semua orang tertawa itu tidak mudah, dikarenakan apa yang orang anggap lucu itu relatif beda. Gue sendiri sering mendapat apreasiasi dan penolakan terhadap lelucon yang gue utarakan. Tetapi... tunggu, tunggu. Maksud dari postingan ini itu apaan sih? Anjir nggak jelas sendiri gue! Yaudah lah, gue rasa ini akan menjadi makin rancu kalau gue teruskan. Mendingan gue sudahi saja tulisan gue yang satu ini. Intinya... ya nggak ada intinya sih. Ya pokoke gitu lah. Postingan (yang diusahakan) lucunya lain kali aja lah ya. Haha.

Monday, May 13, 2013

Sedikit

Gue sering banget liat orang-orang menentang pejagalan yang terjadi di Timur Tengah sana. Bahkan nggak sedikit juga orang-orang yang mau mengantarkan nyawa berjihad ke sana. Siapa sih yang tidak mau membantu orang yang kesusahan atau menderita? Gue sendiri sangat mau! Kecuali orang yang mempunyai hati batu yang sudah terbungkus oleh logam.

Tidak sedikit juga teman di sekitar gue yang begitu. Mereka update tentang kondisi di TimTeng sana setiap hari. Mereka tahu siapa saja yang menjadi korban di sana, di mana saja daerah yang baru terkena bom, dan mereka tahu nama-nama orang yang telah ditinggalkan oleh orang tercintanya. Lalu dengan keras mereka berteriak mengutuk "Israel jahanam!"

Bukannya tidak bagus mengetahui keadaan saudara seiman kita di sana. Itu bagus. Namun, bagaimana dengan orang-orang yang berada di dekat  kita yang juga sedang terkena bencana atau perlakuan buruk karena tidak "sama"?

Kita lupa mengutuk kebiadaban kita sendiri karena terlalu sibuk dengan urusan Timur Tengah. Kita lupa dengan yang dilakukan negara sendiri. Menutup mata atas kekacauan yang terjadi di sekitar menjadi sebuah langkah yang diambil.

Di saat kita dengan murka meneriakan cacian kepada Israel, mata kita tidak melihat keluarga yang hidup di jalanan depan rumah, mereka sedang merintih kelaparan. Di saat kita mengutuk mereka dengan nama Tuhan, satu bayi sedang menangis kepanasan sedang digendong ibunya yang bingung bagaimana dia bisa mendapatkan uang untuk membeli susu untuk buah hatinya. Mereka menunggu bantuan yang tak kunjung datang dari kita, orang yang dekat dengan mereka.

Kita kacau.

Segala sesuatu yang berbau Israel, Zionist, Yahudi, kita caci dan urus sampai ada satu hal yang terlewatkan oleh orang Indonesia sendiri. Kita lupa kalau di Indonesia manusia sering memperanjing yang lain dengan meneriakan lafaz Tuhan. Lalu kalau pembinatangan manusia di Indonesia tidak dipedulikan, siapa elo untuk bicara kemanusiaan di TimTeng?

Gue tidak bilang kalau gue mendukung Israel. Gue jelas menentangnya. Begitu juga jutaan Yahudi lainnya yang turut menentang dan mendukung Palestina.

Bagaimana reaksimu ketika melihat kalau banyak orang Israel yang menentang penguasa negaranya? Dan bagaimana reaksimu ketika melihat TKI kita baru pulang dari Arab dengan keadaan hamil diperkosa, memar disiksa, bahkan tanpa nyawa? Kita menutup mulut rapat-rapat ketika itu semua terjadi. Bahkan ketidakadilan yang dirasa para TKI yang terancam hukuman pancung di Arab tidak menjadi sesuatu yang "WAH!", ketimbang apa yang terjadi di TimTeng.

Apa yang terjadi? Apa karena lebih mudah mengutuk Amerika, Eropa, dan Israel, ketimbang mengutuki saudara seiman daerah rasul berasal? Apa bedanya kita dengan Hitler? Hitler yang selalu meletakkan ras sebagai dasar dalam memandang dunia?

Gue pernah lihat satu kalimat, "Kalau kamu masih menjadikan agama sebagai titik sentral, jangan bicara soal kemanusiaan."

Gue nggak mau lu berpikiran kayak gue, gue cuman mau lu membuka mata dan berpikir sendiri.

Semoga Palestina lekas membaik.




Wednesday, May 8, 2013

Dia

"Mmmh... kurang enak nih ini." Keluh seorang wanita berkacamata setelah selesai menyuapkan 1 sendok tiramisu ke mulutnya. "Terus sampai di mana tadi?" tanya si wanita.

Seorang pria berbaju abu-abu yang berada di depannya menghentikan hisapan rokoknya. Asap berhembus bersamaan dengan nafas yang dia buang lewat mulutnya. Bibirnya tersenyum kecil. Kemudian dia mengambil nafas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya.

"Ya, aku rasa aku jatuh cinta sama dia. Sudah lama banget aku nggak ngerasa kayak gini. Seperti sudah bertahun-tahun aku merasa hampa, dan sekarang dia seperti mengisi kekosongan yang ada di dalam diriku." Dia menunggu reaksi wanita yang terlihat serius mendengarkan. Wanita itu tersenyum kecil.

"Kutahu aku cinta sama dia ketika dia memintaku melihatnya ketika dia sedang latihan bicara." lanjutnya.

"Oh ya?" tanya si wanita.

Pria itu memutar matanya ke atas, berpikir sebentar. "Ya, aku yakin itu adalah momennya. Dia menatap diriku tajam sambil berbicara. Suaranya pelan namun tegas. Tetapi diriku tak ingat apa yang dikatakannya. Karena," pria itu berhenti sejenak, "aku sudah terlanjur hanyut dalam tatapannya."

Wanita itu tertawa kecil dan meminum kopinya karena tampaknya sepiring tiramisu di depannya sudah sepi.   Si pria juga tertawa sambil memicingkan matanya selagi dia mengambil hisapan panjang dari rokoknya. Tidak ada pengunjung yang merasa terganggu. Hanya heran melihat pria itu, namun tidak lama mereka kembali tak acuh.

"Emang kamu suka apanya?" tanya si wanita kembali dengan sedikit antusias dan senyum yang sumringah.

"Maksudmu apa yang kusuka darinya?" tanya si pria. Wanita itu mengangguk kecil sambil menaikan alisnya sedikit.

Sambil tersenyum pria itu berkata, "Aku bisa membuat buku dari menjawab pertanyaanmu, karena begitu banyak hal yang kusuka darinya. Aku suka tatapannya, begitu dalam seakan dia melihat langsung ke jiwaku. Aku suka dengan suaranya, tidak begitu bagus tapi begitu menenangkan. Gayanya berjalan, caranya protes ketika tidak setuju, dan," pria itu melebarkan senyumnya, "gelak tawanya yang aneh. Itu membuatku tersenyum ketika mendengarnya."

Wanita di depannya melipat tangan di meja dan menopang dagu dengan tangan kanannya , bibirnya manyun sambil mendengarkan.

Pria itu melanjutkan ceritanya, "Aku juga suka alisnya yang suka naik dengan sendirinya ketika dia bertanya-tanya atau tersenyum, dan turun dengan otomatis ketika dia sedang kecewa atau cemberut. Dan juga rambut lurusnya, begitu halus sehingga indera perasaku tidak bisa melupakannya."

Pria itu termenung sejenak, "Tapi bukan itu semua yang membuatku jatuh cinta kepadanya. Aku bahkan tidak tahu apa sebabnya."

Dia berhenti sebentar sementara si wanita bertanya, "Yang bener?"

"Yah, aku yakin aku memang cinta dia, tapi aku juga yakin kalau aku tidak bisa menjelaskan kenapa. Kadang untuk mencintai seseorang kita tidak perlu tahu alasannya. Cukup mencintainya. Agak tolol memang. Tapi bisa saja itu adalah alasan yang terbaik. Aku mencintainya karena aku cinta dia."

Pria itu mengambil satu hisapan terakhir dari rokoknya. Menghembuskannya. Dan mematikannya. Dengan sedikit tertawa dia berkata, "Sok romantis memang kelihatannya. Ya tapi bagaimana lagi? Itu yang aku rasakan saat ini. Lagu-lagu cinta yang kemarin terdengar bodoh sekarang mulai menjadi masuk akal bagiku."

Dia berhenti sejenak, menunduk, kemudian tersenyum lebar sambil berkata, "Semua karena dia..."

"Permisi, Pak, ini bill-nya." Seorang pelayan tiba-tiba muncul dan menaruh selembar kertas di meja pria itu. "Apa ada yang lainnya, Pak?"

Dia menggeleng sedikit. Mengeluarkan dompetnya,  menaruh sejumlah uang, dan memberikannya kepada si pelayan.

"Terima kasih, ya." Ujar pria itu. Lalu sang pria lanjut mengetik sambil berbicara kepada laptop yang menyala di hadapannya.

Di sebrang meja pria itu sekumpulan wanita melirik dengan tatapan heran kepada si pria yang daritadi sedang mengetik sambil bergumam sendiri. Beberapa saat, satu wanita berkacamata di meja itu lalu melanjutkan pembicaraannya dengan temannya. "Jadi, habis dari sini kita ke toko yang kamu bilang tadi ya."





Cerita ini terinspirasi "dan..." ujungpena.blogspot.com.

Thursday, May 2, 2013

Cerita Malam Hujan

Kemarin malam banyak bagian dari kota Bekasi yang mati lampu. Kenapa gue bisa tahu? Ya karena tempat gue mati lampu dan Twitter adalah media sosial yang cocok untuk melihat orang-orang berkoar-koar tentang sesuatu. Keadaan mati lampu diperburuk oleh cuaca hujan yang semi-deras nan awet. Dan, oh iya, gue lagi nggak di rumah! Gue lagi kumpul sama teman-teman gue. Tapi satu-persatu teman gue pulang. Akhirnya nggak lama kemudian gue pulang hujan-hujanan.

Saat sampai di rumah, gue mati gaya. Mau baca, lilin nggak ada. Mau main PS, langsung sadar kalau listrik padam. Akhirnya gue putuskan untuk keluar jalan-jalan menerobos hujan memakai motor.

Beberapa kali gue berputar balik karena banyak jalan yang sudah terkena banjir. Setelah setengah jam, gue berhenti sebentar di perumahan Pondok Hijau, untuk mengambil jas hujan di bagasi, karena malam itu dinginnya menusuk tulang dan gue hanya memakai sweater di saat hujan. Ya, pintar memang. 

Begitu gue ambil jas hujannya, dan gue baru gue pakai setengah badan, tiba-tiba ada bapak-bapak yang memakai jas hujan sedang berjalan dan berhenti di depan gue.

"Mas, bisa ikut?" tanya si bapak sambil tersenyum dan mengelap mukanya yang basah karena air hujan,

Gue terdiam dan memasang tampang heran. "Wah, mau ke mana emangnya, pak?" Gue berhenti memakai jas hujan sebentar dan coba fokus kepada bapak itu.

"Ke Rawa Lumbu 2, mas." jawab si bapak sambil tersenyum.

Gue agak lama menjawabnya, karena gue khawatir bapak itu adalah perampok atau bajing luncat atau yang sejenisnya. Belum lagi gue sering mendengarkan cerita teman-teman gue tentang temannya yang jadi korban perampokan di jalan. Dan ditambah waktu saat itu sudah hampir tengah malam plus hujan lumayan deras. Itu membuat gue makin punya alasan untuk menolak permintaan bapak itu. Gue memaksa otak untuk berpikir cepat.

"Oh, yaudah, pak. Tapi bapak yang ngendarain ya?" adalah jawaban gue. Karena saat itu gue berpikir kalau dalam keadaan dibonceng resikonya akan berkurang, karena kalau benar itu adalah perampokan, si bapak tidak bisa nodong gue pakai senjata, dan juga kalau si bapak macem-macem gue bisa menjatuhkannya dari belakang.

Sambil bilang "yaudah" si bapak raut mukanya seperti agak kecewa. Gue makin parno! Kenapa begitu? Apa dia kecewa karena baru menyadari kalau dia tidak bisa menodong dari belakang? Pokoknya kemungkinan terburuk sudah gue pikirkan dan gue persiapkan juga antisipasinya. Lalu beberapa saat kemudian gue kepikiran tapi bisa saja dia berekspresi begitu karena dia kecewa karena dia dianggap orang jahat oleh orang lain. Makanya saat itu gue cari alasan yang masuk akal kenapa dia harus di depan dan berujung kepada, "Soalnya saya gak tau tujuan bapak. Lagian dingin juga kalau di depan."

Singkat cerita, bapak itu akhirnya memboncengi gue dengan motor gue. Gue ajak ngobrol sebanyak mungkin untuk mencari informasi tentang bapak itu. Tidak lupa sambil Twitteran untuk memberitahu keadaan gue kepada siapapun yang baca.

"Bapak dari mana?" tanya gue. 

Dari situ gue mendapat informasi kalau dia baru pulang kerja. Dia turun naik bis di gerbang Tol Timur.

Rasa panik datang lagi begitu gue sadar dia memakai jas hujan besar untuk pengendara motor, sedangkan saat bertemu gue tadi dia berjalan kaki. "Kenapa nggak naik motor aja, pak?" tanya gue secara nggak langsung untuk mengorek informasinya.

"Uh... tadi saya motornya dititip di penitipan motor, mas." jawab si bapak dengan logat Jawa yang kental.

NAH! Gue makin curiga! Itu dia bawa motor, tapi kok malah jalan kaki? Terus ada jeda sebelum menjawab pula! "Terus motor bapak ke mana? Kok nggak dipakai?" tanya gue tegas, tidak dengan nada basa-basi lagi.

"Motor saya ditaruh di rumah saudara, mas," gue bingung, "mau dipake buat kerja sama saudara saya." lanjutnya. Lah gue makin bingung.

"Terus bapak kok pulang kerjanya malem banget? Kerja di mana emangnya, pak?" tanya gue masih mengorek informasi.

"Saya kerja di APALAHNAMANYAGUELUPA (yang gue inget tentang keramik, dan dia sebagai pengepaknya), saya udah pulang dari jam 9 tadi, " bapak itu terdiam sejenak sambil mengelap air hujan di wajahnya, "tadi lama nganterin motornya, mas." lanjut si bapak dengan ramah.

Sekarang giliran si bapak yang bertanya. Pertanyaan pertama tentu saja ke mana tujuan gue. Gue bilang aja gue lagi jalan-jalan, dan kebetulan ada teman yang memanggil gue ke suatu daerah yang namanya Rawa Lumbu Utara. Si bapak tertawa mendengar kebohongan gue. Sebenarnya gue hanya sekedar jalan-jalan. Ya dari situ gue sudah lumayan merasa aman, sampai si bapak bilang, "Rawa Lumbu Utara mana, mas?"

Gue kembali panik! Bagi gue nggak wajar bagi orang yang tinggal di Rawa Lumbu tetapi tidak tahu di mana itu Rawa Lumbu Utara. Gue berusaha ambil fotonya tapi kamera HP gue kurang bagus menangkap gambar di saat gelap. Ya akhirnya gue cuman pasrah sambil membayangkan kemungkinan terburuk dan bertanya-tanya ringan.

"Nama bapak siapa, pak?" 

"Purwandi, mas." 

Dan gue terus berbasa-basi demi membuat diri gue sendiri nggak parno. 

Begitu sudah sampai di jembatan 0 Rawa Lumbu, si bapak bertanya, "mas mau lurus?"

"udah lewat malah, pak. Haha." tawa gue garing.

Si bapak menepikan motor sambil berkata, "Wah, udah lewat? Maaf ya, mas. Saya di sini aja deh." dan dia menghentikan motor di depan tempat tukang buah di jembatan 0, kemudian turun.

Dari situ gue udah merasa lega selega-leganya orang lega. Bukan saja dia menghentikan motornya sebelum sampai di tujuan dia, dia bahkan juga meminta maaf. Gue pun merasa nggak enak kepada dirinya karena memikirkan hal-hal yang buruk tentang dia. "Udah, pak, lanjut aja. Tanggung ini." ucap gue.

"Wah, nggak, mas. Saya di sini aja." terlihat jelas kalau si bapak merasa tidak enak. Tetapi justru gue yang merasa lebih tidak enak, makanya gue masih bersikeras menawarkan tumpangan. Si bapak pun mengiyakan dan kembali mengendarai motor gue menuju dalam Rawa Lumbu. Tetapi di Rawa Lumbu jembatan 1 sudah banjir. Si bapak pun kembali turun sambil bilang kalau di depan banjir, oleh karena itu dia turun di sana saja. Padahal banjir itu masih bisa ditembus, tetapi karena perasaan tidak enak saja dia lebih memilih turun dan gue mengiyakan. Lalu si bapak pun berterimakasih, kami berjabat tangan, dan gue berputar arah.

Gue memang sering melakukan hal-hal gila, tetapi menerima permintaan bapak itu adalah hal yang lebih gila lagi. Alasan dasar gue menerima permintaannya ya tentu karena rasa kasian melihat orang jalan di tengah hujan dengan tujuan yang jauh, tetapi bukannya nggak mungkin alasan itu malah membuat gue terkena musibah. Itu seperti berjudi, dan nasib gue adalah taruhannya. Untung saja berakhir baik, lah kalau kecemasan gue sebelumnya itu nyata? Yaaaa, tapi ya guenya saja yang terlalu paranoid. Seharusnya gue tau, nggak banyak orang berlogat Jawa di Jakarta dan sekitarnya yang jahat. Haha.

Gue teruskan jalan-jalan gue, kemudian gue melihat beberapa daerah listriknya sudah menyala. Gue pun memutuskan untuk pulang dengan berharap listrik di daerah gue juga sudah menyala. Dan gue putar arah balik, lalu pulang dengan membawa pengalaman baru dan celana dalam basah.