Wednesday, October 24, 2012

Kesempurnaan yang Tidak Sempurna


Aaaah, berhubung ini sudah mau menuju akhir tahun, bagaimana kalau gue tulis tentang hal yang berbau lope-lope? :D

Kalian pasti pernah baca atau dengar cerita seorang pria yang mencari bunga di ladang bunga. Kalau belum tau, gue bakal tulis di sini biar kesannya blog gue isinya ada yang bener sekali-kali.

Jadi ada seorang pria yang berjalan di ladang bunga. Di perjalanannya dia  terhenti sejenak karena melihat bunga-bunga yang sangat cantik. Sambil meneruskan perjalanannya, dia memutuskan untuk mengambil satu tangkai bunga. Sampai akhirnya dia melihat satu bunga yang sangat cantik. Ia memetiknya dan kemudian kembali berjalan.

Lagi-lagi langkahnya terhenti karena dia melihat bunga lain yang lebih cantik dari sebelumnya. Tetapi sebelum dia memetik bunga itu, dia berpikir “ladang bunga ini besar dan luas. Mungkin aku akan menemukan bunga lainnya yang lebih cantik dan sempurna dari ini bila aku mencari lagi!”

Ia pun membuang bunga yang sedang dia pegang dan berjalan terus mencari bunga lain yang lebih sempurna. Tidak lama ia terhenti karena melihat satu bunga “Ah, cantik sekali bunga ini! Bunga ini lebih cantik dari yang tadi! Akan kupetik yang ini dan kubawa pulang.” Akhirnya ia memetik bunga itu, membuang bunga sebelumnya, dan meneruskan perjalanannya.

Tidak lama kemudian dia menemukan bunga lain yang lebih cantik, dan hal seperti sebelumnya terulang. Ia  buang bunga yang sudah diambil dan berjalan terus sambil terus melakukan pencarian akan bunga yang sempurna. Setiap kali dia menemukan bunga yang menurutnya cantik dia buang, karena selalu ada cacat atau hal kurang, dan akan selalu ada bunga yang tampak lebih cantik dan menarik di depan matanya.

Ia terus berjalan, memetik, dan membuang. Memetik, berjalan, dan membuang. Begitu terus sampai tanpa disadari dia sudah berada di ujung ladang bunga tersebut. Tidak hanya itu saja, hari pun sudah malam, sehingga dia tidak lagi bisa melihat bunga yang lebih cantik di ladang tersebut. Bunga terakhir yang dipetiknya ternyata tidak sebagus bunga pertama yang dia petik. Sang pria sudah kehabisan tenaga dan memutuskan untuk menghentikan pencariannya. Pada akhirnya dia pun pulang dengan tidak membawa satu pun bunga yang cantik.

Nah maksud dari cerita itu adalah: kalau kita mencari hal yang sempurna, kita biasanya cuman akan kecewa. Prinsip ini sangat berlaku dalam hal pasangan. Pasangan yang sempurna ya cuman bantal guling kalian. Lu nggak akan ketemu sama pasangan yang sempurna, karena elu sendiri nggak sempurna.

(Baca: Tapi pasangan gue sekarang sempurna, man! Dia cantik, manis, dan baik.)

Ya tapi siapa tau aja dia jari tangannya cuman 4 setiap tangannya. Pasti ada saja hal-hal yang minus di dirinya. Tapi kenapa dia bisa lu anggap sempurna?

Seseorang akan terlihat sempurna kalau kita lagi dalam keadaan suka sama dia. Karena otak akan tetap menyuruh kita untuk menyukai setiap centi, setiap sel dari dirinya. Misalnya orang yang lu suka itu doyan ngupil, otaklu akan menyuruh lu berpikir “wah dia higienis, makanya dia suka membersihkan diri sampe hidung-hidungnya.” Atau pas dia kentut dan kentutnya itu baunya Afgan (baca: sadis), otak lu tetep nyuruh lu untuk berpikir super positif bahkan ketika lu hampir ambruk dan diopname karena baunya.

Inti dari semuanya: Nggak ada orang yang sempurna. Pencarian akan orang yang sempurna cuman akan membawa lu ke titik di mana lu ngerasa lelah.

Tapi walaupun itu nggak sempurna, bukan berarti itu nggak bisa menjadi lebih baik. Dan gimana cara supaya lebih baik itu tergantung gimana elu ngejalaninnya. Tapi sekali lagi gue ulang, jangan pernah mencari pasangan yang sempurna. Cuman buang-buang waktu.

Thursday, October 18, 2012

Menutup Mata Menanti Sang Surya Bercahaya

Sekarang sudah subuh dan gue belum bisa tidur. Gue termenung sebentar sampai jiwa seorang pujangga di dalam diri gue yang sudah lama mati suri sekarang bangkit kembali. Oleh karena itu gue mau tulis sebuah puisi indah yang terbesit di benak gue beberapa saat lalu...


Judul:
Menutup Mata Menanti Sang Surya Bercahaya


Tidur...


Puisi oleh: Omar Firdauzy


Tuesday, October 16, 2012

Lebih Baik Mati

Klik gambar untuk memperbesar

Tuesday, October 9, 2012

Ganti Provider Bikin Keder

Seiring masuknya musim mangga, belakangan ini juga memasuki musim gonta-ganti provider telepon genggam di kalangan teman-teman gue. Ini sangat menyusahkan misalnya mau memberitahu ada suatu hal yang penting kepada seorang teman, tetapi dia malah udah ganti nomer lain.

Wajar sih kalau mereka suka ganti-ganti nomer, mengingat perang tarif di antara provider saat ini udah gila-gilaan. Ada yang menawarkan gratis internet sampai 500mb, bila sudah mengirim SMS sampah jumlah tertentu. Ada yang menawarkan SMS sampai mabok, dengan syarat harus menelfon sampai menghabiskan pulsa dalam jumlah tertentu. Ada juga yang menawarkan gratis internetan sampai setahun di beberapa situs, tentu saja juga dengan syarat tertentu. Kalau melihat itu semua, gue sangat berharap kalau nanti ada yang menawarkan SPG gratis selama sebulan bila sudah mengirim SMS dalam jumlah tertentu.

Gue sendiri sempat berpikir untuk pindah hati ke provider lain. Karena kartu yang gue pakai (IM3) layanannya nggak begitu cihuy. Telepon ke provider lain nggak begitu murah, internet non-paket koneksinya lumayan bagus tetapi mahal, internet paket koneksinya busuk, dan SPG di event-nya nggak begitu cantik (hayah kenapa jadi SPG lagi). Beda dengan provider lain yang koneksi internetnya lebih mulus, atau yang lebih murah lainnya.

Namun 3 hal yang menghalangi gue untuk berpindah hati ke provider lain:

1. Orang-orang akan susah menghubungi nomer baru gue.
Misalnya gue ditawari kerja untuk jadi CEO di salah satu perusahaan besar (kayak Unilever atau Indofood), namun orang yang punya kuasa untuk ngasih jabatan itu malah susah menghubungi gue. Misalnya, dia kirim lewat surel, tapi gue jarang online. Dia telepon rumah gue, tapi rumah gue baru kebakar dan gue pindah tempat. Nah satu-satunya cara adalah lewat telepon genggam, tetapi  nomer gue malah ganti. Kesempatan sekali seumur hidup lenyap.

2. Nomer gue lumayan bagus.
Nomer gue bisa dibilang bagus karena ada banyak nomer kembar. Nomer gue: 08569 xxxx xxx.

3. Gue ngeri malah dikerjain sama temen gue.
Cara paling asik untuk menyimpan kontak teman adalah dengan menggunakan memori kartu telepon. Karena kalau HP rusak, dan elu minjem HP temenlu, nomer-nomer kenalanlu tetap ada. Itu juga yang gue lakukan. Mengingat umur HP yang gue pakai nggak pernah panjang, itu merupakan pilihan cerdas.
Nah kalau nomor gue diganti, dan gue lupa untuk menyalin kontak, tentu saja gue nggak tau siapa aja yang menghubungi gue.
Dan kebetulan kondisi seperti barusan dialami teman gue di kampus tadi. Gue meminta nomer barunya dari teman lain untuk gue hubungi buat minta contekan tugas, lalu gue menyapa karena gue berpikir dia menyimpan kontak memakai memori HP. Ternyata dia memakai memori kartu, karena saat gue sapa "sehat, bray?", dia menjawab "sehat alhamdulillah sehat. Eh ini siapa ya? Kontak gue pada ilang."
Melihat jawabannya, gue jadi sadar kalau saat itu dia sangat berpotensi untuk dikerjai. Lalu gue bales, "Oh ilang? Serius? Yang bener? Masa'?"

"Iya, ini kan nomer baru gue."

"Oh ini baru? Berarti bukan yang lama dong? Yang lama ada? Terus yang baru ini providernya apa sih?"

"Iya ini baru, ini Simpati xxx. Buset, lu siapa sih? Kenapa nanyanya detail amat?!"

"Kalau nggak detail berasa ada yang kurang, sob. Ini siapa sih emangnya?", gue puter keadaannya.

"Gue xxx. Lah kok jadi elu yang nanya?"

"Xxx siapa sih? Kok bisa tau nomer gue?"

Lalu nggak dia bales lagi. Mungkin karena kesel atau sadar kalau dia lagi dibego-begoin. Nah gue malesnya dikerjain kayak gitu misal gue ganti nomer.

Intinya, sampai sekarang gue males ganti nomer karena kalau gue ganti nomer, berarti gue mesti ulang dari 0 lagi. Mulai nanya-nanya nomer orang lagi, mulai ngenalin diri ke orang yang sebenernya udah kenal lagi, dan keluarin pulsa tambahan untuk ngelakuin itu semua. Tapi itu bisa aja berubah kalau ada provider yang nawarin SPG gratis (Halah lagi-lagi SPG).

Btw, gue masih penasaran kira-kira pembicaraan apa yang bakal keluar misal temen gue tadi nerusin SMS-nya, mungkin bakal jadi kayak gini:

Lanjutan...

"Lah kan elu yang SMS duluan ke nomer gue."

"Oh ini nomer lo?"

"Hayaaaah! Iya, ini nomer gue."

"Oh bilang kek kalo ini nomerlu. Elu siapa emangnya?"

"Kampret lu ye! Gue xxx, elu siapa?!", dia mulai marah.

Lalu gue jawab, "Nah itu, tadi kan gue nanya, xxx siapa?"

"Lho jadi elu suka kirim SMS ke nomer orang asing?! Sakit lu!"

"Ya nggak lah, elu yang sakit. Mana pernah gue kirim SMS ke nomer asing."

"Lah tadi lu kan kirim "sehat, bray?" ke gue!"

"Iya, terus?"

"Ya kalo gitu kirim ke orang asing kalau lu nggak tau gue. Emangnya lu tau gue siapa?"

"xxx 'kan?"

"Lho? Tau dari mana?" tanyanya bingung.

"Tadi kan lu ngasih tau gue. Ih sakit lu!"

"Oh iya... eh... Duh kenapa gue jadi ketularan bego sih?! Maksud gue emang lu kenal gue?"

"Kagak."

"Nah itu tandanya lu kirim ke orang asing, secara lu nggak kenal gue. Ah bisa gila gue SMS-an sama elu. Gini deh, lu dapet nomer ini dari mana?"

"Nomer apa?"

"Ini, nomer gue yang lu ajak SMS-an sekarang!"

"Oh ini nomer lu?"

Dan dia kembali nggak ngejawab. Haha.

Tuesday, July 10, 2012

Masa

Hari Minggu kemarin ada saudara gue yang menikah. Namanya Icha.

Icha adalah saudara sekaligus teman gue sedari kecil. Gue masih sedikit inget kalau gue waktu kecil sering berbuat usil dan dia adalah salah satu sukarelawan yang bersedia gue jahilin.

Umur gue dan Icha cuman beda 1 tahun. Dan si Oji kecil dulu suka ngerasa risih kalau ada perempuan yang sering main bareng tapi lebih tua darinya. Itu juga ngingetin gue sama tetangga gue dulu yang namanya juga Icha dan dia juga lebih tua setahun dari gue. Setelah gue tahu kalau dia lebih tua setahun, gue yang kecil ngerasa risih setiap bermain sama dia. Karena gue ngerasa derajat gue di bawah dia, karena dia lebih tua. Dan gue dulu berpikir kalau dia lebih tua berarti gue mesti sopan sama dia dan nggak boleh songong sama si Icha. Tapi sekarang pemikiran gue tentang rasa hormat sama yang lebih tua sedikit berubah. Sekarang, bahkan sama temen gue yang umurnya udah 30an, gue masih sering manggil nyapa "woi, kodok, ke mana aja lu?"

Kalau gue pikir-pikir, bukan hanya itu saja yang berubah. Gue ngerasa, banyak perubahan yang udah gue alami dalam beranjak dewasa, bahkan gue ngerasa banyak yang hilang dan gue lewatkan dalam proses ini. Dan mikirin tentang itu malah ngebuat gue risih lagi. Waktu berjalan cepat dan mungkin ada banyak peristiwa yang nggak sempet gue lihat.



***
 


Setiap manusia pasti pernah mikir untuk bisa ngelewatin waktu dengan cepat, apalagi waktu kecil. Dan manusia juga pasti pernah mikir untuk bisa mengulang waktu.
Waktu gue SD, gue mau cepet-cepet masuk SMP. Dan waktu gue SMP, gue mau langsung duduk di bangku SMA. Waktu SMA, gue nggak sabar untuk kuliah. Dan waktu awal kuliah, gue berpikir kalau enaknya gue langsung kerja. Dan saat mau memasuki dunia kerja dan terjun langsung ke masyarakat, gue berpikir seandainya gue bisa balik ke masa gue SD.


Itu normal dan nggak normal. Normal karena gue yakin jutaan manusia lain pasti pernah berpikir seperti itu karena menyukai kenangan lamanya dan berkeinginan untuk membuatnya tambah sempurna apabila dia melakukan hal yang nggak dia lakukan, dan nggak normal karena mestinya kita bangun dan jangan banyak mengkhayal kayak gitu. Kalau kebanyakan mengkhayal kayak gitu, elu mungkin akan terus terlena sama khayalanlu, dan suatu hari nanti, saat elu mulai bangun, elu sadar kalau elu udah tambah tua. Oleh karena itu kalau elu ada di fase ini, buruan deh sadar.

Gue sampai sekarang masih berpikir seandainya gue bisa balik jadi anak-anak. Soalnya gue sendiri ngerasa gue kehilangan banyak hal di saat gue bertambah tua. Gue juga ngerasa gue ngelewatin kesempatan-kesempatan emas yang secara sengaja gue nggak perhatiin waktu gue masih kecil. Dan gue juga ngerasa kalau mesti minta maaf sama beberapa orang yang nggak sempat gue mintai maaf dulu. Pokoknya rasanya enak seandainya bisa balik ke masa lalu dan menata ulang hidup gue lagi dari kecil sampe masuk ke umur yang sekarang lagi. Tapi saat memikirkan itu semua, gue nggak sepenuhnya tidur. Gue langsung sadar kalau di dunia nyata ini waktu  nggak bisa diulang. Kalaupun bisa, mustahil gue bisa menjadi kayak gue yang sekarang ini.

Bukan karena gue menyesali masa-masa yang gue lewati sebelumnya makanya gue nulis begini. Gue nggak melewati waktu SD gue dengan dibodohi sama temen gue, dan waktu SMP gue nggak dianiaya sama temen gue, dan di saat SMA gue bukan orang yang pendiem dan akhirnya nggak dianggap sama orang lain. Bisa dibilang gue kebalikannya. Tulisan ini dibuat karena gue melihat orang-orang yang waktu kecil sering main sama gue, sekarang sudah sibuk kerja dan ada yang menikah. Oleh karena itu gue ngerasa tua walaupun gue sendiri masih berumur 21.

Dan setelah gue hadir di pernikahan Icha kemarin, gue jadi berpikir kalau gue emang bukan anak-anak lagi. Gue sudah bertambah tua dan akan terus begitu nanti. Sama halnya dengan kalian. Suatu hari gue bakal menikah juga, punya anak, dan melihat anak gue tumbuh. Tapi itu nanti, yang bisa gue lakukan saat ini adalah menikmati waktu sekarang dan menjalaninya dengan sebaik mungkin. Jangan sampai melewatkan hari demi harinya tanpa ada kesan sama sekali. Karena bergulirnya waktu itu adalah hal yang menyeramkan. Elu bakal sering lupa betapa cepatnya ini berjalan.

Walaupun gue sering ngerasa ada saja hal yang kayaknya kelewatan, tapi gue terus menikmati hal-hal yang gue lakukan sekarang. Hal-hal yang gue lakukan secara spontan tanpa rencana. Semua gue jalani dengan sebaik mungkin... dengan cara berbuat bodoh sebanyak mungkin. Karena kayaknya bakal seru untuk cerita ke anak gue nanti, "Dek, dulu papa pernah (masukkan kegiatan bodoh di sini) di (masukkan nama tempat di sini) sampai dikejar sama satpamnya."

Euh, sorry ngelantur jadinya. Efek nulis di pagi-pagi buta. Sekarang gue mau tid... zzz zzz zzz.

Saturday, April 28, 2012

Profesi

Holla! Gile udah lama banget gue nggak nge-post di sini. Kalau gue kasih alesan, pasti elu bilangnya: "Alesan lu basi, Mar!", "Ah tokai, di post lu sebelumnya elu juga bilang hal yang sama!", "Woi! Bayar utang lu, kampret!"

*hening*

Oke tadi jayus. Tapi bener, alesan gue nggak nulis sekian lama adalah alesan yang basi banget, yaitu: males. Sebenernya gue nggak terlalu males juga sih. Sebenernya banyak yang mau gue bagi melalui blog ini. Sebenernya ini adalah kalimat ketiga yang pake kata “sebenernya” berturut-turut.

Ijinkan gue make kata “sebenernya” 1 kali lagi. Sebenernya gue nggak bisa salahin sifat malas gue, karena itu bisa aja diubah kalau aja niat gue untuk nulis memang besar. Dan lagi gue juga nggak bisa salahin apapun yang sedang menarik minat gue sekarang ini sehingga membuat blog ini terbengkalai. Karena, sahabatku yang super, seperti yang gue bilang tadi, semua bisa saja diubah jika kita mempunyai kemauan yang besar dan kita fokus pada kemauan tersebut, dan itu juga termasuk mengubah jenis kelamin. Oleh karena itu, fokuslah pada sesuatu yang memang Anda minati, jangan kepada sesuatu yang tidak Anda sukai, karena itu hanya membuang waktu Anda. Super sekali memang saya ini!

*kembali hening*

Nah loh, kok jadi ngawur? Dan kenapa gue berlagak kayak motivator begitu?

Yah, seperti yang kalian lihat di atas, profesi motivator kayak om Tario Meguh itu memang nggak cocok buat gue. Karena jiwa motivator gue udah lama nggak ada. Dan lagi, menjadi seorang motivator itu nggak gampang. Kalian harus punya kata-kata menghipnotis yang kiranya bisa ngebegoin orang untuk percaya kalau itu bukanlah kotoran kerbau. Walaupun gue tertarik membuat kata-kata yang bisa menghipnotis, dan gue juga suka ngebegoin orang, tapi gue nggak suka kotoran kerbau, itulah yang membuat gue nggak cocok di profesi ini. :p

Ngomong-ngomong soal profesi, sekarang gue mau ngebahas tentang profesi. Kalau biasanya orang normal suka ngebahas pekerjaan apa saja yang cocok dengan dia di blognya untuk promosiin diri, gue—sebagai orang semi-normal—mau nyoba nulis profesi apa saja yang nggak cocok dengan gue. Bukan untuk ngejatuhin harga diri sendiri, atau ngebuat gue terlihat tolol dan nggak berguna, tapi karena gue nggak mau ikut-ikutan dan akhirnya menjadi sama karena nggak punya sesuatu yang berbeda, dan kalau gue udah sama berarti gue nggak beda dari yang gue samain dan nggak berbeda tadi. Dan kalau kalian bingung, nggak usah dibaca ulang. Intinya ya gue nggak mau sama.

Okeh, daripada banyak cincong, mending kita mulai.

Berikut ini adalah profesi yang kiranya nggak cocok dengan Omar Firdauzy yang Maha Cihuy. Jika ada kesamaan profesi dengan apa yang Anda lakukan sekarang, jangan marah. Karena ini... silahkan baca header blog ini.




Profesi Motivator

Seperti yang sudah gue kasih tau di atas, gue nggak cocok menjadi seorang motivator karena jiwa motivator gue sudah lama hilang. Dan lagi menjadi motivator itu susah. Karena, dengan menjadi seorang motivator, otomatis gue mesti punya stok kata-kata manis menghipnotis yang saking manisnya kalau orang keseringan denger kata-kata motivasi dari gue dia bisa kena diabetes. Mungkin ada beberapa yang nggak setuju, tapi kenyataannya motivator itu memang demikian. Dia membuat elu melayang tinggi karena kata-kata manisnya dan membuat elu lupa kalau elu bisa aja patah tulang karena jatuh dari ketinggian tadi. Dan ada juga motivator yang nggak realistis yang biasanya memberi motivasi melalui kalimat perumpamaan yang mungkin lebih membuat bingung daripada termotivasi. Contohnya kayak gini: “Sebuah hubungan cinta itu seperti sebuah sepeda. Jika tidak dirawat dengan baik, akan berkarat dan kemudian rapuh.” Nah biasanya kalimat kayak itu yang disukai sama orang yang haus motivasi, yang nggak bisa memotivasi dirinya sendiri dan butuh siraman motivasi dari orang. Nggak percaya? Berarti di linimasa Twitter Anda tidak ada ABGaulabil. Dan bayangkan jika gue menjadi seorang motivator, tentunya itu nggak bakal berjalan lancar karena gue nggak punya begitu banyak kalimat manis untuk membangun orang. Apalagi kalau gue menjadi motivator jenis terakhir tadi.

Korban: Mar, gue sama si X lagi berantem. Gue galau abis nih. Gimana dong?
Gue: Percintaan itu layaknya sebuah pompa air, bila tidak dirawat dengan baik akan berkarat dan kemudian rapuh.
Korban: Hmmm... oke, oke. Maksudnya?
Gue: Maksudnya, percintaan itu layaknya sebuah handphone, kalau dipakai tidak benar akan cepat rusak.
Korban: O... ke. Jadi intinya?
Gue: Intinya, percintaan itu sama seperti sebuah flashdisk, jika dibiarkan terlalu lama di CPU, dan kemudian dibiarkan memanas lama-lama, data di dalamnya akan rusak.
Korban: Euh... gimana sih?
Gue: Gini lho, hubungan percintaan itu mirip seperti sebuah laptop. Jangan dibiarkan lama-lama atau nanti akan error.
Korban: Lu jadinya mau kasih nasihat apa buka toko elektronik?


Profesi Supir

Gue mungkin termasuk orang yang semi-buta arah, maksudnya gue adalah orang yang nggak dengan cepat mengingat suatu jalur untuk dilewati. Gue baru hafal rute jalur baru kalau saja gue sudah melewatinya berkali-kali, minimal 3 kali. Beda kayak beberapa temen gue yang mungkin di otaknya sudah tertanam Global Positioning System, soalnya mereka bisa dengan cepat menghafal jalur suatu jalan dalam satu kali lewat. Itu dia yang ngebuat gue nggak cocok berprofesi sebagai supir, karena dengan menjadi supir berarti gue punya kewa jiban mengantar seseorang ke tujuannya dengan selamat dan tepat waktu. Dan mari kita kembali membayangkan gue yang ganteng ini, sekarang bayangkan gue menjadi seorang supir, tentunya ini juga nggak akan berjalan lancar, karena ke-semi-buta arah-an gue.

Penumpang: Mas, tolong ke X café.
Gue: Oke… tapi itu di mana ya, mas?
Penumpang: Itu lho yang di sekitar jalan Y.
Gue: Oooh… dan jalan Y itu dari sini arah mana ya, mas?
Penumpang: Deket perumahan Z lhoo!
Gue: Perumahan Z yang mana sih?
Penumpang: Adoooh! Sini deh gue yang nyetir!


Pembawa Acara Kuis Interaktif

Yaaa, gue tau di antara kalian sebagian ada yang kayak gue yang menganggap kuis interaktif itu bohongan alias palsu. Kenapa gue menganggap itu palsu? Karena gue rasa itu nggak asli… *ditimpuk batu*

Oke, kembali ke semi-serius. Gue anggap itu bohongan karena gue melihat beberapa kejanggalan dari sebagian besar kuis interaktif yang ada di TV. Sebaiknya kejanggalan yang gue bilang tadi gue paparin satu persatu dalam bentuk poin-poin supaya terlihat lebih rapi. Cekidot!

Kejanggalan yang Gue Lihat di Kuis-kuis Interaktif di Beberapa Saluran TV dan Buset Ini Kenapa Judulnya Panjang Banget Coy

Kejanggalan pertama
Kuis-kuis interaktif yang ada di TV kebanyakan hadiahnya bernilai di atas Rp. 500.000. Walaupun sebagian orang menganggap itu bukan nilai yang banyak, tapi sebagian lagi merasa itu adalah nilai yang tinggi. Dan tentunya yang akan menghubungi TV itu untuk ikut kuis interaktif supaya mendapat hadiahnya adalah orang yang menganggap hadiahnya tinggi, karena mereka anggap mereka butuh uang itu entah untuk kebutuhan keluarga atau kesenangan pribadi. Dan layaknya orang yang butuh uang, tentunya saat menang kuis dan mendapat uang yang dimenangkan, pasti dia bakal senang, jungkir balik, salto, jatoh karena saltonya mendarat salah, masuk rumah sakit… atau paling nggak dia bakal teriak girang saat diberi tahu bahwa dia mendapat uang gratis. Tapi yang kebanyakan gue lihat yang menang kuis dan mendapat duit nggak teriak girang. Apa dia sudah kaya? Tapi kalau dia sudah kaya kenapa masih saja buang-buang waktu untuk mencoba ikut kuis tersebut? Apa dia memang manusia tanpa ekspresi? Apa kotak suara dia sedang rusak? Apa gue terlalu banyak nonton Spongebob karena nanya pertanyaan bego kayak pertanyaan sebelumnya? Hanya Tuhan yang tahu.

Kejanggalan kedua
Euh… hmmm… gue rasa kejanggalannya cuma 1 tadi.

Tapi bener, kayaknya kuis interaktif di TV itu palsu. Contoh nyatanya pernah gue tangkap dulu. Jadi sang pembawa acara belum memberi pertanyaannya, tetapi orang yang ada di telfonnya sudah teriak “B!”. Dan tebak, jawabannya BENAR! Kemungkinannya ada 2: 1. Orang itu padahal cuma nebak ukuran dada pembawa acaranya, 2. Penelfonnya palsu.

Tapi itu bukan alasan kenapa gue nggak bisa jadi pembawa acara kuis interaktif. Alasan yang asli adalah karena lidah gue kadang suka kepeleset sehingga kalimat yang gue ucapkan jadi terdengar aneh. Misalnya kalau lidah gue kepeleset, yang tadinya gue berpikir mau ngomong “Tadi dosennya lagi rapat.” Malah akan terdengar “asebeleseblesebletaste.” Dan biasanya teman gue akan mencoba untuk mengerti perkataan gue beberapa saat lalu berkata “Ha?”

Dan bayangkan kalau gue menjadi pembawa acara beneran. Mari kesampingkan anggapan bahwa kuis interaktif itu palsu dan produser akan merekrut gue tanpa memikirkan kekurangan lidah gue yang sering kepeleset. Kuis yang gue bawa akan hancur! Dan penelfon tidak akan pernah menang! Karena…

Gue: Halo, dengan siapa? Di mana? Password-nya apa? Dan makanan kesukaannya apa?
Penelfon: *jawab*
Gue: Oke, langsung aja pertanyaannya ya? Siapa striker klub Real Madrid? A. Del Piero B. Christiano Ronaldo (kedengerannya ‘isiawabno tornasldo’)
Penelfon: Ha?
Gue: Apa, mbak? “A”? Sayang sekali jawabannya adalah “B”! Coba lain kali ya, mbak.

Atau bisa juga penelfon malah menang terus, karena gue suka seenaknya…

Gue: Halo, dengan siapa? Di mana? Password-nya apa?
Penelfon: *jawab*
Gue: Oke, lansung aja pertanyaannya ya?
Penelfon: Iya.
Gue: Selamat! Jawabannya benar! Anda mendapatkan sekian!!!
Penelfon: Oh, itu pertanyaannya?! WAAAH, makasih lho, mas!


Penelfon Kuis Interaktif

Seperti yang gue bilang tadi, mari kesampingkan anggapan bahwa kuis interaktif itu palsu, dan gue adalah orang yang mencoba menelfon kuisnya dan kebetulan yang ditelfon balik. Mungkin selanjutnya akan tidak berjalan lancar juga karena gue suka seenaknya.

Pembawa Acara: Ya, jadi jawabannya apa, mas?
Gue: Oh, sorry, gue nggak bisa jawab sekarang. Gue butuh waktu untuk bilang keputusan gue.
Pembawa Acara: …

Atau

Pembawa Acara: Ya, jawabannya apa, mas?
Gue: Amel? Elu Amel kan yang tinggal di Depok? Ini gue, Omar!
Pembawa Acara: Omar? Oooh, Omar! Egile, apa kabar lu?
Gue: Baik, elu gimana? Buset, keliatan cantik ya elu di TV. Jadi keliatan keren…

Dan akhirnya malah ngobrol.

Tapi emangnya penelfon kuis itu termasuk sebagai profesi ya?

Yak, apapun lah! Segini dulu aja kayaknya. Gue udah mulai ngantuk. Sampai jumpa di post berikutnya yang gue jamin nggak bakal sampai berbulan-bulan lagi. :D



Catatan Singkat: BTW, di post ini kata “sebenernya” benar-benar berhenti ditulis setelah gue bilang mau tulis kata “sebenernya” untuk terakhir kali. Udah, nggak perlu dicek, bener kok. :D

Thursday, February 9, 2012

Memebase VS 9GAG

 Anda sedang tidak bercermin.

Belakangan ini di Indonesia semakin banyak internet troll yang merajalela di dunia maya. Itu karena ada sebuah situs bernama 9GAG yang belakangan ini populer di antara pengguna internet Indonesia.

9GAG adalah situs yang mulai terkenal pada pertengahan tahun 2011, dan ini mulai terkenalnya lewat situs jejaringan sosial Facebook. Gue sendiri nggak tau banyak tentang 9GAG, tapi di fanpage-nya 9GAG, mereka dibuat pada tahun 2008. Lalu, kenapa bisa ada selang 3 tahun untuk mulai terkenal? Itu mungkin karena satu hal: mereka bohong tentang informasi dibuatnya 9GAG, atau mereka baru terkenal di Indonesia dan negara lain karena seseorang menyebarkannya lewat situs nomer 1 di dunia di tahun 2011 dan pada tahun sebelumnya nggak begitu tenar. (eh, itu 'dua hal', ya?)

Kalau melihat apa yang di-share orang-orang tentang 9GAG, situs itu memberikan banyak hal-hal lucu yang diwakili oleh meme yang juga lucu. Biasanya meme yang orang sering bagikan di facebook adalah meme "Y U NO?!", "U mad, bro?", atau meme troll lainnya. Dan orang yang membagikan link tersebut dengan bangga menjuluki dirinya 9GAG reader. Bagi mereka, mungkin itu suatu kebanggaan untuk menjadi internet troll. Tapi, agak ironis, kebanyakan troll muda itu gue yakin cuma tau situs 9GAG dan nggak tau situs troll sejati, yaitu memebase.com.

Memebase itu dibuatnya pada tahun 2010, yang artinya masih lebih tua 9GAG 2 tahun (senggaknya itu yang dikatakan oleh fanpage-nya). Ya walaupun memebase itu lebih muda 2 tahun, tetapi SEMUA meme yang ada di 9GAG atau yang terkenal di dunia saat ini berasal dari memebase. Gue ulang, SEMUA. Rage faces (seperti: Trollface, Rageguy, Cereal Guy, Okay Guy, Y U NO guy, Me Gusta Guy, Derp, Derpina, dll), Goodguy Greg, Scumbag Steve, Hypnotoad, dan semua meme yang lu tau, semua berasal dari memebase (atau mulai terkenal dari sana, soalnya dulu banyak orang sebelum post ke memebase, mereka post ke 4chan dulu).

Lalu, kalau memebase yang merupakan sumber semua meme itu dibuat tahun 2010, bagaimana 9GAG yang--bisa dibilang--meniru meme dari memebase berjalan selama tahun 2008-2010? Apa sumber lelucon mereka, kalau para meme yang saat ini merupakan andalan mereka belum dibuat sampai 2010? Ya, balik lagi ke "dua hal" yang gue bilang tadi. Atau, mereka hanya mem-post gambar-gambar, karena nggak semua yang ada di 9GAG itu berbentuk trolling, tapi jika ada yang berbentuk trolling, percaya sama gue, bahan leluconnya sama kayak memebase. Dan itu jelas beda dengan memebase. Memebase adalah tempat yang cocok untuk orang yang mencari bahan tertawaan.

Aslinya, memebase itu bisa dibilang lebih tua daripada 9GAG, karena memebase.com itu cuma salah satu cabang dari Cheezburger.com, dan cheezburger.com itu dibuat pada tahun 2007. Cheezburger.com sendiri punya 50+ anak situs yang didominasi oleh tempat untuk mendapatkan tawa.


Gue dari pertengahan pertengahan 2010 udah terjun ke dunia trolling (cielah terjun) sampai sekarang. Dan rumah gue untuk ngerasain bagaimana indahnya nge-troll itu ada di Cheezburger. Sebenernya, nggak semua situs yang ada di cheezburger gue ikuti. Gue hanya baca beberapa situsnya aja.

Gue mampir ke theartoftrolling.com (khusus untuk hasil trolling di Yahoo Answer, Omegle, Chatroullette, atau dunia nyata) untuk referensi nge-troll gue. Dari sini, gue sering dapet ilham untuk nge-troll bahkan di  saat yang serius. Pernah waktu gue UAS, dan ada salah satu jawaban yang nggak bisa gue jawab. Saking mentoknya, gue tulis "Saya menjawab soal ini dengan tinta yang tidak terlihat" (dan ini menjadi legenda kampus untuk angkatan di atas gue, angkatan gue, dan di bawah gue), dan masih banyak lagi beberapa tingkah usil gue yang gue lakukan di dunia nyata maupun maya yang terinspirasi dari situs ini.

Dan gue juga mampir ke comixed.com (khusus untuk komik) untuk membaca komik-komik strip yang terdiri dari meme/bukan meme. Di sini komiknya seringkali membahas tentang situasi yang lagi hot di dunia. Contohnya waktu Osama Bin Laden tewas, komik-komiknya membahas tentang Osama. Atau waktu Rebecca Black mulai hot diomongin, komik-komiknya membahas tentang Rebecca Black. Dan semua itu dikemas dalam bentuk humor yang bisa ngebuat lu ketawa, tapi beberapa ada yang garing walaupun jarang yang begini. Dan salah satu komik gue di blog ini pernah masuk di situs ini.

Dan dari situ semua, tentu saja ada memebase.com (khusus untuk meme yang udah ada atau pun buat meme baru) untuk ngebaca cerita yang diwakili perannya sama meme. Gue masih inget waktu pertama kali meme Goodguy Greg keluar, dan awal beberapa meme lainnya. Di sini lah mereka semua berasal. Dan misalnya ada yang meme yang belum lu mengerti, lu bisa kunjungi knowyourmeme.com yang merupakan cabang dari Cheezburger juga. Knowyourmeme itu adalah penjelasan tentang semua meme yang ada di situs trolling. Jadi bisa dibilang kalau ini adalah ensiklopedianya.

Sebenernya, gue nggak mempermasalahkan 9GAG yang seenaknya ngambil bahan dari memebase, toh itu juga bukan situs punya gue, dan lagi semua gambar yang ada di kedua situs tadi itu adalah masukan dari orang lain. Tapi, agak ironis aja para troll muda itu lebih kenal 9GAG daripada memebase yang merupakan ibu dari meme. Dan sampai ada yang bilang dirinya troll tapi dia sendiri nggak pernah tau apa itu kesenian dari trolling. Yaaa, tapi selama kita semua bisa nge-troll dan ketawa puas, semuanya sah-sah aja sih. Lagipula, semua troll itu bersaudara. Problem? :p

Thursday, January 12, 2012

Horor

Beberapa waktu lalu, gue sama beberapa temen gue nonton film maraton. Bukan, maraton bukan nama filmnya. Maksud gue nonton film mara... euh, gimana jelasinnya ya? Jadi, gue sama temen-temen gue nonton beberapa film secara terus-menerus. Gimana udah ngerti? Belom? Ya pokoknya gitu lah. Dan genre film yang kami tonton adalah horor.

Temen gue yang ngajakin untuk nonton film secara maraton itu udah menyediakan beberapa film yang menurut dia serem bais (bahasa gaulnya habis... atau kiranya demikian), dan beberapa film yang dia sediakan udah ada yang pernah gue tonton, kayak: Insidious, Hostel, dan The Skeleton Key (yang udah sering ditayangin di TV). Kayaknya, temen gue itu orang yang lebay. Karena, menurut gue, film-film yang dia sediakan nggak begitu horor.

Sama kayak hal apa yang orang anggap lucu, apa yang orang anggap horor juga relatif. Kalau selera humor yang berbeda itu bisa ngebuat suatu humor dapet respon "haha!" atau "hah?", selera horor (aih, apa pula) yang berbeda bisa ngebuat karya (yang seharusnya) seram dapet respon "hiii!" atau "iiih!" atau bahkan "hihi!".

Gue sendiri punya selera horor yang agak menyimpang dari orang normal kebanyakan. Apa yang gue anggap seram, belum tentu kalian anggap seram. Dan begitu juga sebaliknya, apa yang kalian anggap seram, belum tentu gue anggap seram. Bisa saja kalau kalian kabur karena melihat apa yang kalian anggap seram, gue malah diam dan menertawakannya. Tapi semua orang yang baca pernyataan tadi itu pasti tau kalau kalimat itu cuma hiperbola yang dihiperbolakan (alias super lebay), tapi gue yakin kalian tau maksudnya apa. :D

Contoh gampangnya, kalau harus tinggal sendirian di rumah yang luas. Kebanyakan orang mungkin bakal agak takut dan mungkin memanggil temen-temennya. Tapi gue mungkin bakal senang-senang dan pesta pora sendirian. Kalau kebanyakan orang mungkin bakal ketakutan karena mikir di rumah itu banyak setan atau sejenisnya, gue mungkin nggak ketakutan karena mikir di rumah itu dikit setan atau sejenisnya (lho?). Hal itu bukan disebabkan karena gue belum pernah ngalamin kejadian mistis sebelumnya, gue pernah, bahkan beberapa kali!

Peristiwa mistis gue yang pertama gue alami waktu gue masih kelas 2 SD. TV kamar yang tadinya udah gue matiin sebelum keluar, tiba-tiba nyala lagi waktu gue masuk. Oji kecil tentu saja ketakutan... dan kemudian main-main dan ketawa-ketiwi lagi di kamar itu. Lalu, peristiwa mistis gue yang kedua gue alami waktu gue kelas 6 SD. Waktu itu malam Jumat, dan komplek gue mati lampu. Gue ngajak temen-temen gue untuk main tak umpet sampai lampu menyala. Waktu gue mencari tempat sembunya yang bagus, gue melewati sebuah rumah yang udah berbulan-bulan kosong. Dan tebak apa yang terjadi selanjutnya? Ada suara cewek ngomong "Ganteeeng!". Nadanya sama kayak masteng (mas-mas tengil) yang godain "ceweeek" ke setiap cewek yang lewat. Dan ini bukan rekayasa! Temen-temen kecil gue pasti memberi validasi ke pernyataan tadi (soalnya waktu itu langsung gue ceritain berulang-ulang setiap saat.


Lagi ngumpul-ngumpul
Gue: Eh, kemaren gue dipanggil ganteng sama setan!
Temen: Wah, yang bener? Di mana?
Gue: Bener! Jadi, waktu...

Lagi main gundu
Gue: Eh, kemaren gue dipanggil ganteng sama setan!
Temen: Iya, iya, kemaren udah cerita!
Gue: Masa'? Tapi gue dipanggil ganteng sama setan!
Temen: ...

Lagi main kasti
Gue: Eh, kemaren gue dipanggil gant... (PLOK! Bolanya kena muka))


Hal-hal kayak  gitu seharusnya membuat alam bawah sadar gue jadi paranoid banget sama sesuatu yang mistis, dan jadi berpikir yang nggak-nggak setiap saat. Di jalan sepi gue mungkin jadi sering berpikiran "wah, kalau tiba-tiba di depan gue ada pocong jatoh gimana ya? Gue mesti lari atau bantuin dia berdiri lagi?", di ruangan kosong gue jadi mikir "kalau waktu nonton gini tiba-tiba ada setan yang ngawasin di belakang gue gimana ya? *nengok ke belakang* *menghela nafas lega* *nengok ke depan lagi* syukur deh cuma genderuwo.", di WC mungkin gue bakal mikir "kalau waktu gue ngejan begini tiba-tiba ada setan yang narik gue ke bawah gimana ya?". Yaa, tapi itu nggak terjadi, karena... ya karena sulit gue jelasin, kita anggap saja itu takdir. :p

Balik lagi ke selera horor yang berbeda-beda. Hal di atas tadi bukan berarti gue nggak takut sama setan. Gue masih takut, cuman sedikit. Nggak kayak salah satu temen gue yang ngeliat pocong di bioskop saja sampai nangis-nangis. Nah, itu salah satu contoh selera horor yang berbeda-beda. Tapi menurut blog BaM, rasa takut itu sendiri tercipta karena hal yang sama: karena hal mengganggu yang berkontradiksi. Contohnya, kuntilanak yang sudah terkenal di masyarakat Indonesia. Dia berambut panjang dan bergaun putih yang merupakan stereotip dari kecantikan. Tapi di sisi lain, dia bisa terbang, menghilang, bahkan katanya bisa membunuh. 2 hal tersebut membuatnya semakin mengganggu karena membuat otak kita menjadi bingung saat batas antara suatu yang menyenangkan dan menyeramkan terlanggar. Oleh karena itu kita menjadi takut kuntilanak. Atau contoh lainnya pocong. Sebenarnya dia lucu karena berpakaian seperti guling, tapi dengan muka yang sering dibilang hancur dan menyeramkan, kita menjadi semakin terganggu sama bayangan pocong di benak kita.

Gue tadi bilang kalau yang gue anggap horor itu berbeda dari kebanyakan orang. Nah, inilah contoh horor menurut gue.

1. Bencong berotot yang memakai gaun merah dan bulu dadanya keluar-keluar lagi duduk di depan gue.

2. Tuyul lagi main PS

3. Kolong Wewe lagi masak

4. Riasannya Syahrini

Kalau dalam keadaan diam/biasa, mungkin gue nggak bakal ketakutan banget. Tapi karena mereka sedang seperti itu, itu mungkin bakal ngebuat gue teriak. Yaa, karena kontradiksi tadi. Ngomong-ngomong, makeup artist-nya Dorce Gamalama juga termasuk pekerjaan horor. :p


P.S: Ngomong-ngomong, salah satu temen SMA gue baru saja pindah blog. Blog lama dia yang ini pindah ke sini. Di blog dia yang baru, dia baru bikin 2 cerbung yang bagus. Kalau ada waktu, coba masuk ke blog-nya deh. :D