Tuesday, June 16, 2009

Hari Kelulusan

Hari ini adalah hari dimana sekolah gue mengadakan pengumuman kelulusan.
3 tahun ternyata emang kerasa cepet kalo kita menikmati hari demi hari di tahun-tahun itu.
Walaupun gue sering dihukum dan mendapatkan prestasi dalam bidang “Keterlambatan Datang” sampe-sampe gue terkenal di kalangan guru dan mendapatkan trophy karna keterlambatan gue itu. Gue kayaknya menikmati itu.
Dan hal yang paling gue nikmati di 3 tahun ini adalah dimana gue bisa bercanda-canda bareng temen-temen yang akhirnya candaan gue itu menjadi ejekan terhadap mereka, tapi mereka malah tertawa bareng gue. Itu yang gue rasa hal yang paling gue nikmati di 3 tahun ini.

Beberapa hari menjelang hari pengumuman kelulusan. Para guru sempet bilang “Kalo ada yang tidak lulus. Kami para guru akan mendatangi rumah kalian” Mereka akan dateng ke rumah sang murid untuk menyampaikan sendiri berita buruk itu.
Jadi gue berpikir kalo, gimana pagar rumah gue, gue alirkan arus listrik sebesar 1 juta volt (jelas sekali kalau pihak PLN tidak setuju).
“Permisi... Permisi” Guru gue menyapa di depan rumah gue, tapi ngga ada jawaban. Lalu guru gue melihat papan yang bertuliskan “Jika anda GURU. Silahkan buka sendiri pagarnya”. Dan tidak lama kemudian “DEEZZZTTTT” Guru gue hangus menjadi abu.

Disamping pemikiran gue yang itu, gue juga memikirkan gimana reaksi orang tua gue kalo ternyata dia mendengar gue ngga lulus SMA.
“Begini pak. Jadi saya datang kesini untuk memberitahu kepada bapak, tentang kelulusan si Omar” Guru gue berbicara dengan nada datar.
“Oh iya. Kenapa si Omar anak saya?” Balas bokap gue sambil tersenyum dan merasa was-was.
“Si Omar...”
“Iya kenapa?” Bokap gue makin was-was sambil tetap tersenyum.
“Tidak lulus” Guru gue mengakhiri pembicaraan dan melihat raut wajah orang tua gue yang masih tersenyum.
Lalu terjadi keheningan selama 8 menit, dengan guru gue yang bingung kenapa bokap gue masih senyum. “Pak, pak. Apakah anda baik-baik saja” Guru gue merasa aneh plus bingung. Lalu guru gue menepuk pundak bokap gue, sambil bertanya “Apakah anda baik-baik saja?” BRUGG. Bokap gue pingsan kaku sambil tetap membuka mata dan tersenyum.

Tapi, dengan bayangan itu di otak gue. Gue sama sekali ngga merasa gugup, khawatir, atau yang sejenisnya. Bila di kira-kira memakai persen. Tingkat kekhawatiran gue Cuma 4-7 persen. Itu karna gue menganut sebuah pemikiran, dan sayangnya, itu ngga bisa gue kasih tau lewat blog ini.
Dan menjelang hari pengumuman. Temen gue yang bernama Mayang, memberitahu gue lewat SMS, kalo di sekolah gue ada 5 orang yang ngga lulus.
Tingkat kekhawatiran gue langsung naek menjadi 15-25 persenan. Tapi gue tetap tenang, dan menganggap itu adalah rencana para guru untuk mengerjai para murid.

Tidak lama setelah SMS itu dateng ke gue. Gue langsung nyebarin ke beberapa temen gue. Dan tentu saja mereka langsung panik, dan berbicara seolah-olah mereka termasuk kelima orang itu.
Dan bahkan ada temen gue yang bernama Ayaz, yang saking paniknya, dia menyebarkan berita itu lewat Facebook.
Dia tulis di Profil nya “Masak kata omar ada 5 orang yang gak lulus...” Sambil mencantumkan nama gue juga.
Belom 2 menit setelah gue baca kalimat itu di profilnya. Dia menyebarkan lagi ke orang lain. Dan tetap membawa nama gue.
Kenapa dia terus-menerus membawa nama gue. Seolah-olah, gue ini adalah pembawa berita buruk. Dan disebarin ke orang-orang pula. Gue sempet mikir gimana kalo dia sampe nyebarin ke semua orang di dunia.

Ayaz: Masak kata omar ada 5 orang yang nggak lulus!!
Temen sekolah lain: Ah masak sih???
Ayaz: Iya bener. Kata OMAR!!!

Ayaz: Masak kata omar ada 5 orang yang nggak lulus!!
Ibunya: Hah? Yang bener? Di sekolah kamu?
Ayaz: Iya. Kata OMAR ada 5 orang yang ga lulus!!!

Ayaz: Masak kata omar ada 5 orang yang nggak lulus!!
SBY: HAH? Yang bener?
Ayaz: Iya. Kata OMAR sih begitu!!!
SBY: Yah ampun. Tapi kamu ini siapa? Saya tidak kenal kamu! Bahkan saya ngga kenal si Omar.
Ayaz: Gue Ayaz. Omar itu temen sekelas gue!
SBY: Ayaz siapa? Kamu teroris ya? Penjaga. Bawa orang yang tidak diketahui asalnya ini ke tiang gantungan!
Ayaz: (Berteriak sambil diseret) Saya berasal dari SMA Mutiaraaa Baruuuuu.

Dan hari ini pun, gue masih dalam keadaan 15-25 persenan tadi. Sampe gue dateng di sekolah karna dipaksa oleh temen gue lewat SMS.
Dia nanya “Omaru udah sampe mana?” Dan gue jawab “Udah ada di jalan” Yang sebenernya gue masih di depan komputer rumah. Dia nanya lagi. Dan gue jawab serupa, tapi pada kenyataanya gue masih mandi.
Akhirnya gue dateng ke sekolah dan duduk. Gue melihat banyak murid yang sedang gemetaran karna gugup. Bahkan ada yang nangis, seolah-olah mereka akan dipancung di waktu itu juga.

Selagi gue melihat orang-orang di sekitar. Gue melihat suatu kejanggalan. Gue melihat kalo beberapa guru ada yang tersenyum bahkan tertawa. Bahkan kepala sekolah pun juga tersenyum disaat dia berceramah dan memberitahu kalo ada 5 orang yang tidak lulus. Dan ini menguatkan analisa yang gue buat sebelumnya, kalo berita simpang-siur tentang adanya murid yang tidak lulus itu hanyalah bohong. Jadi, gue ikut tersenyum bersama mereka (guru) tanpa merasakan khawatir. Rasa khawatir gue yang 25 persenan itu pun menjadi 0 persen. Gue merasa kalau air mata yang sudah mereka buang, sungguh sia-sia.

Sampai juga dimana saat semua murid sudah mendapatkan amplop yang berisi tentang hasil lulus atau tidaknya seorang murid.
Semuanya disuruh menunggu dan membuka amplop itu bersamaan setelah ada komando dari seorang guru yang berkepala licin dan berotak mesum.
Akhirnya dia mengeluarkan aba-aba untuk membuka amplop itu. Setelah gue membuka amplopnya, didalamnya ada surat kuning yang bertuliskan “LULUS”.
Tapi anehnya. Di waktu gue membaca keterangan “LULUS” tadi, gue hanya merasakan kesenangan yang sebentar. Ngga sampe 5 menit, gue udah menjadi biasa lagi.
Tapi setelah gue melihat keadaan sekitar yang menggambarkan suasana haru dan gembira, perasaan gue menjadi beda lagi. Ternyata kami semua Lulus. Dan tiba-tiba, gue merasa senang lagi. Sepertinya gue lebih seneng melihat suasana yang menggambarkan kalo kami lulus semua, daripada melihat surat yang menjelaskan kalo gue Lulus.
Semua menangis, semua tertawa. Cuma gue doang yang ngga mengeluarkan ekspresi. Gue terlihat seperti orang yang ngga dapet berita baik atau buruk.
Bahkan temen gue ada yang bilang “Liat tuh si omar. Ngga ada ekpresi, emosinya ngga ada” Sambil tersenyum dan tertawa.
Mungkin dia ngga tau, hati gue sedang tertawa lebar di saat gue ngga ngeluarin ekspresi tadi. Karna, tidak ada satupun yang dilanda rasa duka.

(Ya walaupun gue rada kecewa, karna isi amplop itu bukan surat yang bertuliskan “SELAMAT, ANDA MENDAPATKAN VOUCHER UNTUK MENGAMBIL 2 BUAH BLACKBERRY SECARA CUMA-CUMA)

No comments:

Post a Comment