Friday, May 2, 2014

Kurang Konsentrasi dan Mijon

Hari ini gue dan empat kerabat gue mempunyai sebuah rencana untuk pergi ke suatu tempat. Empat orang itu bernama Arya, Gembel, Mamet, dan Iwan. Tentunya nama-nama itu merupakan nama panggilan yang diberikan oleh kelompok kami. Mana ada ibu yang begitu sayang kepada anaknya sampai harus memberi nama “Gembel”? Lagipula persahabatan antar pria yang kuat itu disimbolkan dari sekasar apa mereka saling menyapa. Teori itu bisa gue beri contoh dari teman gue yang bernama Nius. Saat itu gue ingin menghubungi sahabat dia yang bernama Gonzales.

Gue: Yus, minjem HP lo dong, gue mau hubungi Gonzales. Gue nggak punya nomernya.
Dia: Oke, nih. *dia memberikan HP-nya*
Gue: Euh... mana? Kok Gonzales nggak ada?
Dia: Oh, cari di “S”. Si Tai.
Gue: ...

Kembali lagi kepada 5 sekawan tadi.

Jadi, kami sebelumnya janjian bertemu di J.Co pada jam 12 siang. Tentunya sebagai orang Indonesia sejati gue datang pada jam 12.10. Setelah gue sampai gue dikagetkan dengan tidak adanya teman-teman gue. Mereka lebih Indonesia. Sambil menunggu, gue memesan minuman coklat dan menghubungi mereka semua. Arya bilang sudah berada di lampu merah, Mamet tiba-tiba tidak bisa ikut, sedangkan sisanya bilang kalau tidak bisa datang ke J.Co dan akan langsung berangkat ke lokasi. Bagus! Selain doyan ngaret, mereka juga suka membatalkan janji seenaknya. Kalau cara mengukur ke-Indonesia-an seseorang dari kedua sifat itu, gue yakin mereka sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kriteria untuk menjadi pemimpin negri ini.

Gue menunggu Arya. Arya pun ditunggu gue (halah). Kemudian tidak lama setelah itu, Arya datang dan menanyakan yang lainnya pada di mana. Obrolan kami cukup aneh... well, dianya sih yang aneh. Kenapa? Karena yang kami obrolkan kurang lebih seperti ini.

Arya: Sorry telat,mana yang lain?
Gue: Gembel masih di rumahnya sama si Iwan, katanya nanti langsung ke lokasi. Mamet juga masih di rumahnya dan nggak bisa ikut.
Arya: Laaaaah? Kok gitu sih? Kenapa si Mamet nggak bisa ikut?
Gue: Nggak tau, katanya ada urusan mendadak. Cabut nih?
Arya: Nggak bisa gitu dong! (dia agak kesal) Wong udah janjian dari Selasa kok. Itu si Gembel juga seenaknya, kan yang ngajak kumpul di sini itu dia.
Gue: Ya mau gimana lagi? Rumahnya si Gembel kan agak jauh dari sini, mungkin dia ngajak kumpul di sini buat kita doang.
Arya: Tetep aja ah! Si Mamet pake nggak bisa ikut juga, kenapa sih dia emangnya?
Gue: Euh... tadi bukannya gue udah bilang kalau dia ada urusan?
Arya: Urusan apaan?
Gue: Gue nggak tau. Kerjaan kali. Pokoknya dia bilang nggak bisa ikutan. Kapan-kapan aja.
Arya: Oh, jadi dia nggak bisa ikut?
Gue: TAU AH!

Gue nggak tahu itu dia sengaja mengulang-ulang bercanda  atau mau membuat gue ikutan kesal semata. Tapi dari matanya gue tahu kalau dia itu sedang serius, jadi bisa gue pastikan kalau dia tidak bercanda.

Nggak bisa dipungkiri (cielah “dipungkiri”) kalau kita pasti kenal dengan orang dengan kebiasaan kayak di atas. Yang gue maksud dengan kayak di atas adalah absurd. Gue nggak bisa menjelaskan mengapa mereka bisa seperti itu, namun gue punya kesimpulan kalau mereka seperti itu karena kurangnya daya konsentrasi. Kurangnya konsentrasi bisa membuat kita menjadi pelupa, susah mengingat, atau paling parah menjadi bahan ejekan teman.

Selain Arya tadi, gue juga mempunyai teman bernama Frans yang mempunyai masalah sama. Kalau si Frans ini tidak usah ditanya kisahnya. Karena terlalu banyak. Kalau dibuat buku tentang kejadian lucu keanehannya, 3 seri buku Harry Potter akan kalah tebal. Bukunya bisa dibuat untuk ditimpuk ke maling dan malingnya akan pingsan. Frans adalah Jim Hendrixnya dalam bidang kurang konsentrasi. Pernah saat itu sedang nongkrong bareng...

Frans: *menggigil* haduuuuh, dingiiiiin banget...*sambil melepas jaketnya*
Figuran: Lho, kalau kedinginan kenape jaketnya dibuka?
Frans: *bengong* *mikir* Oh iya ya... hehehehehehehehehehehehe.
Semua: ...

Dan dulu gue juga pernah ceritakan di sini tentang Mang Maman.

Bagi yang malas buka link tadi, akan gue ceritakan sedikit di sini. Mang Maman adalah asisten ibu gue yang selain agak bolot, dia juga memiliki masalah dengan konsentrasinya.

Gue bisa dibilang anak semi-gaul, makanya gue sering pulang malam. Karena gue sering  pulang malam, Mang Maman sering memastikan apakah gue sudah pulang atau belum. Kalau sudah, berarti dia bisa mengunci pintu gerbang. Kalau belum, pintu gerbang tidak dikunci agar gue bisa masuk.

Suatu ketika gue pulang tidak terlalu malam, di bawah jam 12. Gue sudah di kamar, menyalakan lampu dan juga menghidupkan TV (saat itu gue masih suka menonton TV). Lalu tiba-tiba ada suara ketukan dari luar. Gue buka kamar pintu gue, menengok ke luar, dan menemukan ternyata Mang Maman yang mengetuk pintu. Saat gue tanya “Ada apa?” Dia menjawab santai dengan satu pertanyaan yang hampir membuat gue hilang harapan terhadap umat manusia. Dia bertanya “Oji udah pulang?” (bukalink tadi untuk cerita lengkapnya)

Sekali lagi, gue nggak bisa menjelaskan apa yang terjadi dengan mereka. Yang bisa gue simpulkan adalah mereka kurang konsentrasi, sehingga daya otaknya agak ya-gitu-deh. Terus bagaimana sebaiknya kalau Anda merupakan salah satu yang demikian? Coba banyak-banyak minum Mijon. Kalau tidak sembuh juga, ya paling nggak sudah berusaha.

Moral dari cerita ini? Seperti biasa: nggak ada. Tapi satu hal yang mesti diingat, kalau Anda kurang konsentrasi di atas, bersiaplah jadi bahan ejekan kawan Anda. :)

No comments:

Post a Comment