Saturday, May 17, 2014

(Seharusnya) Lomba Makan Pizza

Sekitar sebulan lalu gue dan teman gue ikut lomba makan pizza yang diadakan oleh Papa Ron's Pizza. Ya, LOMBA... MAKAN... PIZZAAAAAAA... BROOOOOO!!! Seenggaknya waktu itu gue seantusias barusan. Ternyata waktu gue sudah di dalam lomba, “Lomba Makan Pizza” tidak lagi terdengar seasik yang gue kira, justru jadi biasa-biasa saja. Akan gue ceritakan.

Jadi saat melihat brosur lomba tersebut di Facebook, gue langsung ajak teman gue—yang kebanyakan akhirnya nggak ikut—dengan alasan senang-senang. Beberapa cewek yang rumahnya dekat lokasi juga tadinya mau gue ajak, tapi tidak jadi karena kalau mereka semua bisa, gue akan susah mengaturnya. Jadinya gue hanya mengajak yang pasti bisa saja, Isabela... yang sebelum hari H tiba-tiba katanya tidak jadi datang. Sialan.

Jadinya gue berangkat bersama teman gue Rifky yang katanya mau ikutan lomba juga, sementara beberapa teman lainnya menyusul untuk menonton kami. Rifky ini walaupun badannya menggambarkan "orang yang suka makan", tidak gue anggap sebagai saingan. Karena walaupun dia badannya tambun, kalau makan di warteg selalu kalah cepat dengan gue. Sebentar... *masukin "bisa makan cepat" di CV*. Singkat cerita, gue dan dia sampai duluan pas jam 11 tepat sesuai jadwal acaranya dimulai. HAHAHAHA. Tentunya kalian tahu gue berbohong. Gue datang jam 11 lewat.

Walaupun kami terlambat karena kami agak "Indonesia", tetapi acaranya lebih terlambat lagi. Soalnya mereka sama sekali belum mulai dan meja baru disiapkan. Mereka Indonesia banget. Pesertanya juga baru sedikit. Gue dan Rifky membayar Rp. 35.000 untuk biaya pendaftaran. Sudah selesai. Kami pun duduk menunggu.

Beberapa waktu kemudian, teman kami yang bernama Irfan datang bersama pacarnya Evi si cewek preman namun suaranya kayak Minnie Mouse. Dan kebetulan ketika mereka datang, ada 2 orang berpenampilan kayak alay acara Dahsyat musik di pagi hari menaiki panggung. Belum selesai gue berpikir sendiri "nggak mungkin lah mereka pembawa acaranya. Masa' acara begi..." mereka langsung teriak di atas panggung "Selamat datang di acara...". Bah.

Penampilan pembawa acaranya cukup "unik". Pembawa acara #1 memakai kaos garis-garis berwarna kuning-hitam, rompi coklat, bowler hat, skinny jeans warna coklat, dan sepatu boots. Pembawa acara #2 memakai kaos berwarna abu-abu yang dikeluarkan, skinny jeans hitam pudar dengan tambalan di mana-mana, sepatu boots, dan bowler hat juga. Mereka adalah penjahat fesyen! Dan logat mereka... ah, nggak usah dibahas. Yang seperti mereka hanya 2 orang di sekitar panggung. Kalau ditambah beberapa lagi, mungkin gue akan curiga kalau Raffi Ahmad dan Olga Syahputra akan muncul dan berteriak "Kembali lagi di Dahsyaaaaaaat...".

Masih mengenai pembawa acaranya. Kelihatannya mereka bukanlah pembawa acara yang sudah biasa menangani event sebuah merk, melainkan pembawa acara kawinan di kampung atas. Gue tidak menjurus ke logat mereka, tetapi lebih ke beberapa kesalahan yang mereka lakukan. Gue sempat mempelajari tekhnik public speaking, jadi gue tahu kalau seorang pembicara itu tidak seharusnya melakukan kesalahan fatal, seperti:

1. Membelakangi audiens
2. Mengecek HP
3. Garing
4. Jelek
5. Jelek banget

Dan mereka melakukan semuanya. Lu boleh tidak mengacuhkan dua poin terakhir, tapi mereka memang sangat buruk dalam membawakan acara. Belum lagi beberapa kali mereka salah sebut merk menjadi Pizza Hut. Tetapi mereka mempunyai nilai plus juga. Mereka... euhm... yak mari kita lanjutkan.

Singkat cerita perlombaan dimulai. Lomba dilakukan dengan sistem siapa cepat duluan dia menang, dan yang diadu adalah 5 orang dalam sekali kloter. Untuk babak pertama peserta diberikan pizza berukuran small. Kloter pertama dimenangkan mas-mas dengan waktu 1 menit 48 detik. Babak kedua dimenangkan oleh bapak-bapak dengan waktu lebih lama sedikit, 2 menit 14 detik. "Cih, amatir!" pikir gue, sebelum akhirnya giliran gue dan Rifky maju.

Giliran gue dan Rifky maju. Gue sangat optimis menang, karena lawan gue adalah Rifky, 1 mas-mas, dan 2 dedek unyu yang tampaknya masih SMA. Peserta ditanya satu-persatu oleh pembawa acaranya. Dan sumpah naujubileh JKT48, saat pembawa acara #1 ngomong ke gue, mulutnya BAU banget! Saat itu gue bisa merasakan sel-sel di otak gue melemah dan kemudian mati, untuk beberapa detik gue sempat melihat masa lalu gue diputar di otak gue bagaikan film yang sedang diulang, gue melihat cahaya putih di depan mata gue. Gue hampir mati. Sarapan apa dia tadi? Itu gila! Dan gue hanya menjawab sesedikit mungkin pertanyaannya demi keselamatan jiwa gue.

Lomba kloter gue dimulai. Kotak pizza sudah gue buka, gue ambil satu buah untuk gue masukkan ke mulut gue. PANAS GILA! Lidah gue terbakar hanya dengan 1 kali gigit. Ini bukan lomba, ini penyiksaan! Gue paksakan kunyah dan telan, kemudian gue ambil gigitan kedua. WANJIR! KOK BERASA MAKIN PANAS?! Gue kunyah pelan-pelan, dan lalu telan. Gue kesulitan memakan pizza yang disediakan, dan saat gue lihat ke samping sepertinya semua peserta memiliki masalah yang sama. Di sini gue sudah masa bodo dengan lomba, gue hanya fokus menikmati pizza yang ada. Gue makan dengan pelan dan santai. Saat gue mencari saus dan membukanya dengan gigi, penonton semua tertawa. Gue nggak berniat membadut, gue benar-benar sudah malas dengan lombanya. Pembawa acaranya dan semua penonton malah fokus ke gue. Di saat semua peserta masih berjuang makan dengan cepat, gue malah menusukkan sedotan ke gelas Aqua yang tersedia dan menganggap tidak ada lomba. Suasana pecah.

"Ha? Lomba apa?"

Dan akhirnya lomba kloter gue dimenangkan oleh Rifky, dengan waktu 3 menit sekian detik. Ternyata kami yang amatir. Namun di kloter selanjutnya ada orang yang makan lebih cepat dari siapapun. Lidahnya tahan panas, dan dia makan seperti tidak pernah makan dari SD. Namanya Mas Agus, dia makan sangat cepat, dia menghabiskan pizza miliknya sebelum lo bisa mengeja nama panjang SBY. Jelas dia menang. Dia memenangkan kloternya dengan waktu di bawah 1 menit. Gue menengok ke Rifky, "Ky, itu raja terakhirnya. Lo nggak bakal menang." Mendengar ucapan gue, dia gemetaran. Keringat dingin keluar dari pori-pori di sekitar wajahnya, mulutnya menganga seakan-akan melihat iblis tepat di depan matanya, wajahnya memucat. Ternyata dia mules... nggak ding.

Oke, langsung ke acara final  saja. Babak terakhir tetap diadakan dengan sistem yang sama, dengan jumlah orang yang sama, bedanya hanya ukuran pizza yang lebih besar. Rifky melawan jawara-jawara makan tadi, termasuk Mas Agus. Peserta lain tampak putus asa saat melihat Mas Agus. Dan begitu sudah diberi aba-aba untuk mulai, semua peserta bergerak.

Rifky sedang berjuang melawan bos terakhir.

Yang menang tidak usah ditanya, jelas Mas Agus. Dia makan dengan cepat. Peserta lain masih sibuk mengunyah, dia sudah selesai semenit sebelumnya. Bahkan dia sempat kembali ke tempat duduk saat lomba masih berlangsung. Gila! Peserta lain diremehkan. Seakan-akan dia berkata "Kalian itu sedang makan apa mengerjakan skripsi? Lama amat!"

Gue sempet heran, jangan-jangan dia memang pemburu hadiah lewat lomba makan. Jadi karirnya adalah peserta lomba makan. Gue tidak sempat melihat KTP-nya, tapi gue agak yakin kalau di kolom "Pekerjaan" di KTP-nya diisi "Peserta Lomba Makan". Jadi karena pengalaman mengikuti lomba makan, dan kemampuan yang sudah sangat terasah lewat berbagai perlombaan, wajar saja dia memiliki kemampuan sepeti itu.

Lomba selesai. Gue dan gerombolan gue naik ke lantai atas untuk mampir membeli sundae di restoran A&W. Tidak ada penyesalan apappun, karena niat kami adalah bersenang-senang, bukan menang. Bahkan gue lebih dari puas, bisa menghibur di acara yang pembawa acaranya garing seperti itu. Pembawa acaranya pun jadi ingat gue terus-terusan, karena nama gue seringkali disebut sepanjang acara walaupun gue sudah duduk.

Yak, satu lagi misi di hidup gue yang sudah gue capai: Mengikuti lomba makan.

Oh iya, ini adalah penampakan Mas Agus. Jadi kalau di sekitar lo ada lomba makan, dan orang ini ada di sana, bilang ke jurinya untuk langsung kasih hadiah pertamanya ke dia saja, nggak perlu buang-buang waktu menyilakan dia ikutan. Mending lombanya untuk merebut juara 2 dan 3 saja. 

You wanna beat me, son? Pffft... that's cute.

No comments:

Post a Comment