Thursday, May 15, 2014

Sebuah Perjalanan

Gue punya sebuah cerita. Kebetulan cerita ini sudah pernah gue tulis di Twitter, dan kebetulan juga ada yang menyukainya sampai meminta gue membuat cerita sejenis. Tampaknya dia mengerti maksud dari ceritanya. Hehe. Dan akan gue tulis ulang di sini. Cerita ini adalah curhat dan punya arti, tapi terserah kalian mau mengartikan bagaimana lewat metafora yang ada.

Cerita ini mengenai seorang anak yang tinggal di sebuah rumah di daerah terpencil. Anak itu tinggal bersama orangtuanya, di rumah yang nyaman dengan halaman luas. Di pekarangan terlihat beberapa pohon buah yang berbuah sepanjang tahunnya, dan beberapa ternak yang digembalai oleh ibunya. Ada satu larangan utama yang diberikan orangtuanya: jangan pernah pergi keluar dari pagar halaman.

"Kenapa aku tidak boleh keluar dari pagar itu, Mama?" tanya si anak.

Kemudian ibunya menjelaskan alasan mengapa sang anak tidak boleh keluar dari pagar, dengan cerita-cerita seram. Ibunya berkata bahwa kalau si anak keluar, dia akan dimakan oleh serigala atau diculik oleh raksasa. Anak itu pun merasa takut. "Iya, makanya kamu di rumah saja. Di rumah kamu aman." kata ibunya.

Tahun demi tahun berlalu, dan si anak sudah menjadi dewasa tanpa pernah menginjakkan kakinya keluar dari pagar rumahnya. Tinggal dalam kenyamanan. Namun, dari kecil anak itu sering naik ke atas atap rumahnya untuk memandang di kejauhan. Mencoba melihat dunia di luar pagarnya. Sungai mengalir yang berkilauan, gunung-gunung yang menjulang tinggi. Oh, betapa dia sangat ingin melihat dunia di luar rumahnya.

Suatu ketika dia melihat ada seekor burung merpati yang sayapnya patah di halaman rumahnya. Anak itu menghampirinya untuk memberikan pertolongan, tetapi burung itu malah berlari menghindar. Anak itu heran, betapa cepatnya burung itu berlari.

Dia mengejar burung itu dan nekat keluar dari pagar rumahnya. Berlari jauh hingga melewati hutan. Melewati hutan yang gelap dan ditutup oleh lebatnya pepohonan. Lalu dia tersesat. Si anak kemudian menjadi takut, karena teringat tentang cerita ibunya akan raksasa dan serigala. Dia panik. Dia mencari jalan keluar dengan gelisah. Dan karena dia panik dia tidak memperhatikan sekitar, kemudian dia tergelincir dan jatuh terguling-guling sampai terjerembap di suatu tempat yang luas.

Ia membuka matanya dan dia tercengang. Dia melihat padang rumput yang begitu luaaaaaas. Hamparan bunga berwarna-warni sejauh mata memandang, pemandangan terindah yang pernah dia lihat. Tidak ada raksasa maupun serigala di sana. Hanya ada kupu-kupu, dan capung menari ceria dengan kepakan sayapnya di atas bunga. Dan juga hewan-hewan yang sedang santai melahap rumput.

"Inikah dunia luar itu?" pikirnya. Seketika dia langsung antusias untuk menjelajahi dunia luar lebih jauh. Mencari tahu lebih banyak apa saja yang ada di luar pagar rumahnya. Dia sangat bersemangat. Ketika ia sampai rumah dan menceritakan semuanya tentang padang rumput itu, dan bercertia tentang tidak adanya raksasa atau serigala di luar kepada ibunya dengan penuh semangat, ibunya marah dan murka.

"Kenapa kau tidak menuruti perintahku? Kau anak durhaka!" amuk ibunya. Cacian dan bentakan ibunya membuat sang anak merasa bersalah.

Namun dia teringat tentang padang rumput di luar pagar rumahnya, itu membuatnya mampu berdiri dan bertanya kepada ibunya. "Tidak ada raksasa dan serigala di luar sana. Kenapa kau berbohong, Ma?" tanyanya tegas.

Ibunya tertegun kaget. Kemudian ibunya menjelaskan alasan dia berbohong kepada anaknya karena dia mencintainya. Ibunya tidak mau dia keluar dari rumah itu. Ibunya menjelaskan itu sambil menangis. Sang anak tersentuh dan memeluk ibunya. "Aku juga sayang mama, bagaimanapun mama lah yang membesarkan aku." kata anak itu, "Tapi aku ingin pergi keluar melihat dunia. Biarlah aku menjalani hidup yang telah kupilih." lanjutnya.

Seraya melepaskan pelukannya, sang anak bersiap-siap. Dia menyiapkan bekal seperlunya untuk pergi dari rumah itu. Setelah dia siap, dengan penuh tekat dan semangat yang menggebu-gebu, dia meninggalkan rumah. Berat rasanya dia meninggalkan ibunya dan rumah itu, tapi dia juga sadar kalau tidak mungkin menghabiskan seumur hidupnya di sana.

Dengan rasa cemas dan penuh harapan, dia melangkahkan kakinya keluar pagar. Untuk pertama kalinya dia merasa bebas. Senyumnya lebar, menunjukkan bahwa dia sudah siap mencaritahu tentang dunia luar lebih jauh, dan kemudian menyatu dengan luasnya alam semesta menggapai bintang-bintang... dengan bebas.

Keluar dari rumahmu yang nyaman dan temukan takdirmu...


No comments:

Post a Comment