Wednesday, May 8, 2013

Dia

"Mmmh... kurang enak nih ini." Keluh seorang wanita berkacamata setelah selesai menyuapkan 1 sendok tiramisu ke mulutnya. "Terus sampai di mana tadi?" tanya si wanita.

Seorang pria berbaju abu-abu yang berada di depannya menghentikan hisapan rokoknya. Asap berhembus bersamaan dengan nafas yang dia buang lewat mulutnya. Bibirnya tersenyum kecil. Kemudian dia mengambil nafas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya.

"Ya, aku rasa aku jatuh cinta sama dia. Sudah lama banget aku nggak ngerasa kayak gini. Seperti sudah bertahun-tahun aku merasa hampa, dan sekarang dia seperti mengisi kekosongan yang ada di dalam diriku." Dia menunggu reaksi wanita yang terlihat serius mendengarkan. Wanita itu tersenyum kecil.

"Kutahu aku cinta sama dia ketika dia memintaku melihatnya ketika dia sedang latihan bicara." lanjutnya.

"Oh ya?" tanya si wanita.

Pria itu memutar matanya ke atas, berpikir sebentar. "Ya, aku yakin itu adalah momennya. Dia menatap diriku tajam sambil berbicara. Suaranya pelan namun tegas. Tetapi diriku tak ingat apa yang dikatakannya. Karena," pria itu berhenti sejenak, "aku sudah terlanjur hanyut dalam tatapannya."

Wanita itu tertawa kecil dan meminum kopinya karena tampaknya sepiring tiramisu di depannya sudah sepi.   Si pria juga tertawa sambil memicingkan matanya selagi dia mengambil hisapan panjang dari rokoknya. Tidak ada pengunjung yang merasa terganggu. Hanya heran melihat pria itu, namun tidak lama mereka kembali tak acuh.

"Emang kamu suka apanya?" tanya si wanita kembali dengan sedikit antusias dan senyum yang sumringah.

"Maksudmu apa yang kusuka darinya?" tanya si pria. Wanita itu mengangguk kecil sambil menaikan alisnya sedikit.

Sambil tersenyum pria itu berkata, "Aku bisa membuat buku dari menjawab pertanyaanmu, karena begitu banyak hal yang kusuka darinya. Aku suka tatapannya, begitu dalam seakan dia melihat langsung ke jiwaku. Aku suka dengan suaranya, tidak begitu bagus tapi begitu menenangkan. Gayanya berjalan, caranya protes ketika tidak setuju, dan," pria itu melebarkan senyumnya, "gelak tawanya yang aneh. Itu membuatku tersenyum ketika mendengarnya."

Wanita di depannya melipat tangan di meja dan menopang dagu dengan tangan kanannya , bibirnya manyun sambil mendengarkan.

Pria itu melanjutkan ceritanya, "Aku juga suka alisnya yang suka naik dengan sendirinya ketika dia bertanya-tanya atau tersenyum, dan turun dengan otomatis ketika dia sedang kecewa atau cemberut. Dan juga rambut lurusnya, begitu halus sehingga indera perasaku tidak bisa melupakannya."

Pria itu termenung sejenak, "Tapi bukan itu semua yang membuatku jatuh cinta kepadanya. Aku bahkan tidak tahu apa sebabnya."

Dia berhenti sebentar sementara si wanita bertanya, "Yang bener?"

"Yah, aku yakin aku memang cinta dia, tapi aku juga yakin kalau aku tidak bisa menjelaskan kenapa. Kadang untuk mencintai seseorang kita tidak perlu tahu alasannya. Cukup mencintainya. Agak tolol memang. Tapi bisa saja itu adalah alasan yang terbaik. Aku mencintainya karena aku cinta dia."

Pria itu mengambil satu hisapan terakhir dari rokoknya. Menghembuskannya. Dan mematikannya. Dengan sedikit tertawa dia berkata, "Sok romantis memang kelihatannya. Ya tapi bagaimana lagi? Itu yang aku rasakan saat ini. Lagu-lagu cinta yang kemarin terdengar bodoh sekarang mulai menjadi masuk akal bagiku."

Dia berhenti sejenak, menunduk, kemudian tersenyum lebar sambil berkata, "Semua karena dia..."

"Permisi, Pak, ini bill-nya." Seorang pelayan tiba-tiba muncul dan menaruh selembar kertas di meja pria itu. "Apa ada yang lainnya, Pak?"

Dia menggeleng sedikit. Mengeluarkan dompetnya,  menaruh sejumlah uang, dan memberikannya kepada si pelayan.

"Terima kasih, ya." Ujar pria itu. Lalu sang pria lanjut mengetik sambil berbicara kepada laptop yang menyala di hadapannya.

Di sebrang meja pria itu sekumpulan wanita melirik dengan tatapan heran kepada si pria yang daritadi sedang mengetik sambil bergumam sendiri. Beberapa saat, satu wanita berkacamata di meja itu lalu melanjutkan pembicaraannya dengan temannya. "Jadi, habis dari sini kita ke toko yang kamu bilang tadi ya."





Cerita ini terinspirasi "dan..." ujungpena.blogspot.com.

6 comments: