Tuesday, October 9, 2012

Ganti Provider Bikin Keder

Seiring masuknya musim mangga, belakangan ini juga memasuki musim gonta-ganti provider telepon genggam di kalangan teman-teman gue. Ini sangat menyusahkan misalnya mau memberitahu ada suatu hal yang penting kepada seorang teman, tetapi dia malah udah ganti nomer lain.

Wajar sih kalau mereka suka ganti-ganti nomer, mengingat perang tarif di antara provider saat ini udah gila-gilaan. Ada yang menawarkan gratis internet sampai 500mb, bila sudah mengirim SMS sampah jumlah tertentu. Ada yang menawarkan SMS sampai mabok, dengan syarat harus menelfon sampai menghabiskan pulsa dalam jumlah tertentu. Ada juga yang menawarkan gratis internetan sampai setahun di beberapa situs, tentu saja juga dengan syarat tertentu. Kalau melihat itu semua, gue sangat berharap kalau nanti ada yang menawarkan SPG gratis selama sebulan bila sudah mengirim SMS dalam jumlah tertentu.

Gue sendiri sempat berpikir untuk pindah hati ke provider lain. Karena kartu yang gue pakai (IM3) layanannya nggak begitu cihuy. Telepon ke provider lain nggak begitu murah, internet non-paket koneksinya lumayan bagus tetapi mahal, internet paket koneksinya busuk, dan SPG di event-nya nggak begitu cantik (hayah kenapa jadi SPG lagi). Beda dengan provider lain yang koneksi internetnya lebih mulus, atau yang lebih murah lainnya.

Namun 3 hal yang menghalangi gue untuk berpindah hati ke provider lain:

1. Orang-orang akan susah menghubungi nomer baru gue.
Misalnya gue ditawari kerja untuk jadi CEO di salah satu perusahaan besar (kayak Unilever atau Indofood), namun orang yang punya kuasa untuk ngasih jabatan itu malah susah menghubungi gue. Misalnya, dia kirim lewat surel, tapi gue jarang online. Dia telepon rumah gue, tapi rumah gue baru kebakar dan gue pindah tempat. Nah satu-satunya cara adalah lewat telepon genggam, tetapi  nomer gue malah ganti. Kesempatan sekali seumur hidup lenyap.

2. Nomer gue lumayan bagus.
Nomer gue bisa dibilang bagus karena ada banyak nomer kembar. Nomer gue: 08569 xxxx xxx.

3. Gue ngeri malah dikerjain sama temen gue.
Cara paling asik untuk menyimpan kontak teman adalah dengan menggunakan memori kartu telepon. Karena kalau HP rusak, dan elu minjem HP temenlu, nomer-nomer kenalanlu tetap ada. Itu juga yang gue lakukan. Mengingat umur HP yang gue pakai nggak pernah panjang, itu merupakan pilihan cerdas.
Nah kalau nomor gue diganti, dan gue lupa untuk menyalin kontak, tentu saja gue nggak tau siapa aja yang menghubungi gue.
Dan kebetulan kondisi seperti barusan dialami teman gue di kampus tadi. Gue meminta nomer barunya dari teman lain untuk gue hubungi buat minta contekan tugas, lalu gue menyapa karena gue berpikir dia menyimpan kontak memakai memori HP. Ternyata dia memakai memori kartu, karena saat gue sapa "sehat, bray?", dia menjawab "sehat alhamdulillah sehat. Eh ini siapa ya? Kontak gue pada ilang."
Melihat jawabannya, gue jadi sadar kalau saat itu dia sangat berpotensi untuk dikerjai. Lalu gue bales, "Oh ilang? Serius? Yang bener? Masa'?"

"Iya, ini kan nomer baru gue."

"Oh ini baru? Berarti bukan yang lama dong? Yang lama ada? Terus yang baru ini providernya apa sih?"

"Iya ini baru, ini Simpati xxx. Buset, lu siapa sih? Kenapa nanyanya detail amat?!"

"Kalau nggak detail berasa ada yang kurang, sob. Ini siapa sih emangnya?", gue puter keadaannya.

"Gue xxx. Lah kok jadi elu yang nanya?"

"Xxx siapa sih? Kok bisa tau nomer gue?"

Lalu nggak dia bales lagi. Mungkin karena kesel atau sadar kalau dia lagi dibego-begoin. Nah gue malesnya dikerjain kayak gitu misal gue ganti nomer.

Intinya, sampai sekarang gue males ganti nomer karena kalau gue ganti nomer, berarti gue mesti ulang dari 0 lagi. Mulai nanya-nanya nomer orang lagi, mulai ngenalin diri ke orang yang sebenernya udah kenal lagi, dan keluarin pulsa tambahan untuk ngelakuin itu semua. Tapi itu bisa aja berubah kalau ada provider yang nawarin SPG gratis (Halah lagi-lagi SPG).

Btw, gue masih penasaran kira-kira pembicaraan apa yang bakal keluar misal temen gue tadi nerusin SMS-nya, mungkin bakal jadi kayak gini:

Lanjutan...

"Lah kan elu yang SMS duluan ke nomer gue."

"Oh ini nomer lo?"

"Hayaaaah! Iya, ini nomer gue."

"Oh bilang kek kalo ini nomerlu. Elu siapa emangnya?"

"Kampret lu ye! Gue xxx, elu siapa?!", dia mulai marah.

Lalu gue jawab, "Nah itu, tadi kan gue nanya, xxx siapa?"

"Lho jadi elu suka kirim SMS ke nomer orang asing?! Sakit lu!"

"Ya nggak lah, elu yang sakit. Mana pernah gue kirim SMS ke nomer asing."

"Lah tadi lu kan kirim "sehat, bray?" ke gue!"

"Iya, terus?"

"Ya kalo gitu kirim ke orang asing kalau lu nggak tau gue. Emangnya lu tau gue siapa?"

"xxx 'kan?"

"Lho? Tau dari mana?" tanyanya bingung.

"Tadi kan lu ngasih tau gue. Ih sakit lu!"

"Oh iya... eh... Duh kenapa gue jadi ketularan bego sih?! Maksud gue emang lu kenal gue?"

"Kagak."

"Nah itu tandanya lu kirim ke orang asing, secara lu nggak kenal gue. Ah bisa gila gue SMS-an sama elu. Gini deh, lu dapet nomer ini dari mana?"

"Nomer apa?"

"Ini, nomer gue yang lu ajak SMS-an sekarang!"

"Oh ini nomer lu?"

Dan dia kembali nggak ngejawab. Haha.

2 comments:

  1. Keputusan yang bagus mas. Nyambung sama yang ini http://www.fikryfatullah.com/2012/07/puasa-menahan-diri-dalam-pemasaran-dan-bisnis.html :D

    ReplyDelete
  2. Oh tak kita itu mirip, ternyata cuman nyambung. Haha.

    ReplyDelete