Saturday, April 12, 2014

Tips: Mempelajari Tekhnik Scream 101

Kemarin gue dan salah satu teman gue terjebak di sebuah pembicaraan tentang vokal metal. Dan kalau membicarakan tentang vokal metal, tentunya hal paling dekat yang bisa diasosiasikan adalah nyanyian teriak atau yang biasa orang-orang bilang scream.

Lha, salah gambar...

Nggak perlu waktu lama untuk gue sadar ke mana teman gue mau mengarahkan pembicaraannya. Kami berbicara tentang cara scream dan bagaimana bunyinya, lalu dia bertanya, “Lu masuk band temen gue aja, Ji! Masih baru sih, tapi udah punya lagu.” Sudah gue duga.

Gue dulu adalah vokalis band metal. Lucunya, gue adalah vokalis freelance. Jadi gue nggak terikat sama suatu band, tetapi gue sering dipanggil untuk mengisi posisi vokalis. Gue “disewa” untuk latihan mereka, atau misal ada konser di tempat lain sebagai pembantu atau pengganti. Dan gue melakukan itu semua dengan sukarela. Jadi kalau dibayar ya syukur, nggak ya juga oke.

Kalau tidak salah band yang sempat gue temani ada sekitar 4 band. 2 di antaranya adalah band teman gue, dan sisanya adalah band dari temannya teman gue. Sempat gue ditawari jadi personil tetap, tapi gue menolaknya karena beberapa alasan.

Seperti dulu saat di studio musik teman gue ada sebuah band yang inisialnya FTV. Setelah mereka selesai dan mau pulang, gue masuk untuk cek mik dengan teriak-teriak. Mereka mendengarnya dan salah satu personilnya masuk ke dalam lagi untuk menawarkan gue menjadi vokalis baru mereka. Dengan rendah hati gue tolak, alasannya karena musik mereka punya lirik yang jelek (tapi mereka sekarang terakhir gue cek sudah punya ribuan fans di Facebook). Dan saat kemarin teman gue menawarkan untuk jadi vokalis band temannya, gue juga menolaknya karena nama bandnya aneh. Haha.

Bebas kalian mau bilang gue terlalu sombong atau apalah, tapi alasan gue nggak pernah bikin/masuk sebuah band karena standar gue tentang band yang mau gue gawangi tinggi. Tentu supaya bisa dibanggakan. Kalau nama bandnya sendiri saja sudah aneh karena bahasa Inggris yang maksa atau liriknya terlalu “band Indonesia”, mending nggak usah. Malah malu nanti.

Teman  : Wih! Gue denger lu jadi vokalis band metal yang terkenal ya? Nama bandnya apa?
Gue       : ah, nggak usah tau deh mendingan. Malu gue. Hehe.
Teman  : ayolah, orang band terkenal kok malu-malu. Emangnya namanya apaan? Kali aja gue pernah denger.
Gue       : The Red Dahlia Twenty Nine My Age.
Teman  : o.... kay...

Oke, mari kembali ke judul. Seperti yang judul bilang, tulisan ini akan memberi tahu sedikit tips dasar untuk nyanyi teriak.

"Biji gue sakit celananya terlalu ketaaaat, gyaaaaaargh!"

Sebelumnya ada 2 teknik teriakan yang gue tahu: Inhale Scream dan Exhale Scream.

Sesuai namanya, inhale adalah yang ditarik (nafasnya) dan exhale adalah yang dikeluarkan. Masing-masing punya penggemarnya tersendiri. Gue sendiri bisa keduanya. Gue pakai inhale scream saat jaman gue masih SMA sampai lulus SMA. Terdengar bagus dan brutal memang tipe teriakan ini. Untuk growl, pig squeal terdengar halus dengan teriakan tipe ini. Dan biasanya tipe ini adalah teknik pertama yang vokalis band metal bisa, karena memang sangat mudah.

Cara melakukan inhale scream adalah dengan menarik udara lewat mulut lalu diproses di tenggorokan. Pernah menirukan suara mendengkur? Kurang lebih seperti itu, tetapi tidak melibatkan hidung di dalamnya. Jadi suara yang dihasilkan adalah melalui kerja sama udara yang ditarik lewat mulut, diproses di tenggorokan, lalu berakhir di dada. Untuk pengaturan suara tinggi-rendahnya bisa diatur lebar mulut yang dibuka dan udara yang ditarik. Dan untuk pig squeal-nya tinggal bagaimana kalian memainkan tenggorokan. Simpel dan mudah. 

Untuk beberapa tahun gue memakai jenis teriakan ini, dan gue sempat bangga bisa teriak selama 26 detik pakai satu nafas dengan tipe ini. Namun lama-lama gue sadar kalau jenis inhale scream ini tidak begitu sadis, dan beberapa vokalis metal di luar sana malah bilang kalau ini berbahaya. “Jangan teriak dengan cara ditarik, itu bakal nyakitin diri lu sendiri.” Kata Ed Hermida, vokalis All Shall Perish yang sekarang sudah menjadi vokalis Suicide Silence, saat gue tanya apakah dia pakai exhale atau inhale. Maksud dia “nyakitin diri lu sendiri” adalah inhale scream itu katanya nggak baik untuk suara atau tenggorokan. Banyak orang di YouTube yang bilang begitu. Walaupun gue agak nggak percaya tapi akhirnya gue meninggalkan cara itu dan gue belajar teknik exhale scream.

Banyak vokalis metal Indonesia amatir yang mengeluh kalau exhaling itu susah, oleh karena itu banyak yang tetap pakai inhale scream. Dan akhirnya mereka terdengar seperti sampah, karena terdengar maksa dan tidak nyaring. Gue pun awalnya mengalami kesusahan belajar teknik exhale scream ini. Gue belajar berbulan-bulan lewat tutorial yang disediakan YouTube. Sampai akhirnya gue menemukan tutorial yang benar-benar membantu yang dibuat oleh Edward James Belk.

Tutorial-nya menurut gue sangat membantu, dan orangnya juga sangat ramah. Dia bersedia gue tanya-tanya lewat Facebook dan dengan senang hati menjelaskannya walaupun gue tidak add dia sebagai teman. Dan akhirnya, gue menguasai teknik ini.

Teknik exhale scream ini jauuuuh lebih sadis ketimbang teknik inhale dalam semua bidang. Suara lebih nyaring dan terdengar lebih bagus. Lebih gampang, dan dapat dikombinasikan dengan nyanyian biasa (ketika nyanyi dengan suara asli, bisa disambung dengan teriakan. Teknik inhaling jelas nggak bisa ini). Dan rahasia dari jenis teriakan ini adalah nafas dari perut.

Ya, pada dasarnya nafas dari perut adalah kunci dari teriakan jenis ini. Exhale scream adalah kerja sama antara tenggorokan, dan perut. Jadi suara yang dihasilkan berasal dari tenggorokan, lalu dibantu nafas dari perut. Ingat, dari perut! Bukan nafas dari paru-paru. Kalau memakai nafas paru-paru, suara yang dihasilkan malah seperti orang tercekik. Gampangnya begini, kalian coba tirukan suara monster yang biasa kalian keluarkan ketika menggoda anak kecil, lalu suara monster itu dibantu dengan hembusan nafas dari perut yang dikeluarkan lewat mulut. Atau teriak ketakutan tetapi dibantu udara dari perut. Itu saja mungkin sudah membantu. Untuk tinggi-rendahnya suara, kalian bisa mengatur lebar mulut dan kekuatan nafas kalian. Cara exhale scream sendiri bisa terbagi lagi, tapi coba dulu untuk mengolah suara seperti tadi untuk pengalaman pertama. Hehe.

Tiap orang memiliki karakter teriak yang berbeda. Gue sendiri awalnya punya karakter teriak yang sama dengan Oliver Sykes di 2 album awal BMTH, dan vokalis Alesana. Bisa dibilang karakter teriakan gue standar. Agak sedih memang, karena gue sangat ingin punya karakter teriak seperti Mitch Lucker atau Ed Hermida tadi. Tapi ternyata susah. Dan lebih susah lagi itu teriakan band Jepang. Gue sempat berlatih mencari celah bagaimana untuk bisa teriak seperti Ruki (vokalis The Gazette), tapi tidak bisa dimiripkan, hanya mendekati. Ya, sekali lagi, karakter teriakan orang berbeda-beda.

Dan jika kalian mengalami sakit di tenggorokan setelah mencoba exhaling, berarti kalian masih salah. Ada yang minum dulu sebelum teriak, dengan tujuan mengurangi rasa sakit atau supaya lebih bagus suaranya. Ya, menurut gue itu nggak begitu berpengaruh sih. Ada juga yang bilang kalau mau terdengar bagus, teriaknya sambil mendongak ke atas. Sekali lagi, itu nggak berpengaruh. Konyol iya. Kan nggak lucu kalau habis konser atau latihan lehernya mesti diurut karena salah urat. :p

Mungkin itu saja yang bisa gue kasih tahu. Sebenarnya masih banyak yang mau ditulis, cuman ya akan sangat panjang dan konsentrasi membaca kalian untuk sebuah artikel tidaklah lama, takutnya malah tidak terbaca.

Mau pakai teknik inhale scream atau exhale scream itu terserah kalian. Gue pribadi sekarang lebih menyukai exhale scream. Bahkan sekarang band metal yang memakai teknik inhale scream adalah band cupu di mata gue, alias jelek (dulu gue suka Chelsea Grin, tapi tidak lagi setelah gue bisa exhale scream). Sekali lagi, bebas kalian mau pakai yang mana. Gue? Gue sih sekarang lebih suka bernyanyi jazz ketimbang metal. Jadi nggak perlu repot mengajak gue masuk band metal kalian. Kecuali nama bandnya masuk akal dan tidak seperti The Red Dahlia Twenty Nine My Age. :p

No comments:

Post a Comment