Wednesday, April 9, 2014

Roman Semu

Saat itu malam sangat cerah. Tak berawan, sehingga sinar bulan terasa sangat terang menyinari matanya. Tunggu, apa sebaliknya? Matanya yang menyinari rembulan. Ah, aku sudah lupa akan detail macam itu. Yang kuingat pada malam itu hanya hal-hal yang "wah" saja.

Hal-hal "wah" apa yang kumaksud kata kamu? Tentu saja hal-hal yang membuat otakku malas untuk melupakannya. Seperti bagaimana wajahnya bersinar terang. Lalu ditambahkan senyuman kecil yang membuat jantungku berdegup sangat kencang. Kecil memang senyumnya saat itu, namun tidak jarang sesuatu yang kecil mempunyai efek yang luar biasa.

Dan juga rambutnya yang saat itu terlihat bergelombang. Sedikit tidak teratur sih, dan itu membuatnya tak indah. Namun rasa kagumku membuatnya memiliki rambut terindah yang pernah kulihat.

Lalu kulitnya yang halus. Sentuhan kecilnya membuat tubuhku bergidik sedikit, namun getaran luar biasa terjadi di organ lain. Organ lain itu tentu bukan kemaluanku, melainkan jantungku, yang terpaksa melakukan kerja lebih keras dua kali lipat pada malam itu.

Lalu satu lagi hal "wah" yang kuingat, suaranya saat mengucapkan "I love you". Begitu pelan, namun begitu nyaring. Bingung? Aku pun demikian. Aku tidak mengerti apa maksud dari kalimat tadi, namun itulah yang kurasa saat itu.

Kutatap matanya dalam-dalam, dan aku tenggelam di pupilnya. Aku tenggelam di dalam tatapannya. Dan kubalas perlahan di telinganya dengan nada mengejek, "Gak usah sok Inggris. Ngomong-ngomong, aku juga cinta kamu kok."

Aku tertawa  kecil, sedangkan dia cemberut sambil memukul gemas diriku. Haha! Kejadian yang aneh, tetapi pantas, wong aku pun aneh. Heheh.

Kutatap lagi dirinya... Ah bangsat! Malam itu bekerja sama dengan dirinya. Membuat dia sangat terlihat cantik. Dia berkonspirasi dengan malam.

Lalu dia menatap balik diriku. Mata kami bertemu, mereka saling berbicara. Tatapannya mengatakan, "aku sangat lapar akan bibirmu."

Waktu hanya salah satu faktor untuk kepalaku bergerak dengan sendirinya. Dia tak menghentikan, justru bekerjasama.

Dan akhirnya...

... kami berciuman.

Waktu serasa berhenti. Aku pun berharap untuk sang waktu berhenti. Tidak perlu sebentar, lama saja! Agar aku bisa menikmati saat di mana diriku merasakan indahnya alam semesta melalui bibirnya sampai aku bosan.

Tanganku kulingkarkan ke tubuhnya. Lalu kusadar... bahwa aku hanya merangkul udara.

Lho...?

Ada apa?

Mana dia?

Ah, tidak perlu waktu lama sampai aku mengetahui sesuatu. Rupanya otakku mengerjai diriku.

Tidak ada Melody bersama diriku saat itu. Aku sendiri... berhalusinasi.

Kecewa? Iya.

Yaaa, mungkin itu suatu pertanda kalau aku mesti berhenti menjadi wota dan cari pacar.

Hehehe.




P.S: Cerita fiksi ini nggak bermaksud menghina kalangan tertentu lho. :p

No comments:

Post a Comment