Monday, June 9, 2014

Hidup Gue = Drama Komedi

Kalau hidup gue adalah film, gue bisa memastikan kalau genre filmnya adalah komedi atau drama komedi. Karena semenjak gue SD gue bisa melihat kalau banyak drama dan komedi-komedi selingan di hidup gue yang menggelitik perut, seenggaknya perut gue sendiri.

Tapi tidak usah lah gue membahas kehidupan gue dari SD. Mari kita simak kejadian yang baru gue alami hari ini saja.

Hari ini agenda gue adalah pergi ke kampus untuk ambil legalisir ijazah, bertemu dengan klien karena ada kerjaan sambilan, ke rumah nenek gue untuk menjenguk dan silaturahmi di Pancoran, lalu ke stasiun Bekasi untuk menanyakan tiket karena gue ingin pergi ke Jogja di hari Kamis malam nanti. Kelihatannya padat? Ya, lumayan, tapi tidak sepadat biasanya. Biasanya gue hanya nonton film di notebook dengann sibuk, sambil makan cemilan dengan sibuk, mengupil dengan sibuk, atau membaca dengan sibuk. Sibuk banget.

Dimulai pagi hari tadi. Rencananya gue mau pergi ke kampus jam 8 pagi, tetapi gue sendiri baru bangun tidur jam setengah 10. Sebenarnya gue sudah bangun dari jam 7, tetapi nikmat kasur tidak bisa gue khianati, jadinya gue tidur lagi dan berharap bangun jam 8 sampai akhirnya bablas terbangun jam setengah 10. Gue langsung bersiap-siap.

Sisi positifnya bangun kesiangan adalah: macet yang gue lalui tidak separah kalau gue berangkat pagi. Perjalanan Bekasi ke Jakarta Selatan normalnya hanya memakan waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam, namun macet di pagi hari membuatnya bertambah lama sedikit, kira-kira 2 jam sampai 2 setengah jam. Perjalanan Bekasi – Jakarta terasa seperti Bekasi – Bandung. Atau Kamar Gue – Kamar Mandi di hari libur. Lama.

Gue sampai kampus jam 11 lebih sedikit. Sebenarnya gue malas ke kampus, tetapi gue disuruh datang di hari Senin ini, karena legalisir ijazah gue baru bisa diambil hari ini. Ketika gue sampai di ruangan tata usaha untuk mengambil dokumen, Mbak Lia (orang kampus) bilang dengan muka tanpa dosa, “Yah, belum, Mar. Mbak Retno lagi sakit, jadi belum diurus. Elu sih kenapa dateng duluan sebelum gue telfon?” Dan tiba-tiba gue menjadi orang yang salah. Yang bener ajeeeee!? Saat itu gue jadi tahu 2 hal: 1. Gue mesti tunggu orang kampus nelfon dulu sebelum ambil dokumen yang dijanjikan, 2. Orang kampus pada ngehe.

Gue masih di kampus memanfaatkan wifi dewa di sana sampai jam 12, jam makan siang. Ketika sudah jam 12, gue berangkat pergi ke rumah makan Raja Begor di dekat Senopati untuk bertemu klien. Gue sampai setengah 1 lebih. Kami janjian jam 1, masih ada waktu lah untuk makan siang di sana.

Makanan sudah habis, gue sudah memesan minuman 2 kali, waktu menunjukkan jam 1 lewat 40. “Bangke! Lama amat!” teriak gue dalam hati. Tidak sabar, gue menghubungi dia. “Halo, nyet! Di mana lo, Jing?!” kata gue... oke, itu bohong. Gue hanya menyapanya biasa secara semi-formal. Ketika sudah ngobrol beberapa lama, gue dapat menyimpulkan kalau dia tidak akan datang. Karena dia bilang, “Sorry, Mar, gue nggak bisa dateng. Ada hal mendadak nih di sini. Brief-nya gue kirim ke email lo aja ya? Kalau ada yang kurang jelas bisa lo tanya lewat email.” Monyet...

Gue langsung pergi dari sana menuju Pancoran menjenguk nenek gue. Tidak lama gue di sana, hanya sekitar sejam. Menjenguk nenek gue, ngobrol sedikit dengan Pakde dan Bude gue, sedikit bercermin menikmati salah satu keindahan yang Tuhan telah ciptakan, lalu pulang ke Bekasi.

Saat sudah di Bekasi, gue langsung menuju stasiun Bekasi. Saat itu sudah jam 4 lebih ketika gue sampai di sana. Gue ke stasiun karena mau membeli tiket untuk ke Jogja di hari Kamis malam nanti. Gue ke Jogja mau mengurus kepindahan gue di sana, karena gue mau melanjutkan kuliah di sana, dan mencari kerja di sana (kemarin sudah 2 kali dipanggil oleh agensi iklan dan radio di sana, cuman gue nggak bisa datang karena gue disuruh datang esok paginya setelah gue dipanggil, sedangkan gue masih di Bekasi. Kan ngaco.)

Antrian di loket panjangnya nggak kalah dengan antrian subsidi bulanan di kampung-kampung. Panjang. Gue mengambil antrian paling belakang. 20 menitan berlalu, dan gue masih terjebak di tengah antrian. Gue menengok ke belakang, dan orang-orang tambah banyak. Buset.

Cuaca saat itu panas, membuat gue nggak betah dengan keringat yang menempel di badan gue. Belum cukup penderitaan yang gue alami, tiba-tiba perut gue melilit dan ingin kentut. Saat itu gue percaya kuasa Tuhan dan cobaan-cobaan ilahi. Gue keringet dingin menahan gejolak gas di perut gue. Gue gelisah. Dan saat itu juga gue dilema! Dilema mau keluar antrian kemudian kentut jauh dari antrian lalu kembali lagi ke belakang antrian, atau menahan kentut sampai gue selesai antri walaupun muka gue sudah pucat seperti penderita tifus yang berusaha untuk menyelesaikan triathlon. Akhirnya gue memilih untuk menahannya. Kalau gue kembali ke belakang antrian, mungkin gue baru bisa sampai loket pas bulan puasa.

Akhirnya gue sampai di loket. Gue bertanya apakah tiket ekonomi untuk ke Jogja di Kamis malam masih ada atau tidak. Dan ternyata sudah habis. Kemudian gue tanya lagi mbaknya, apakah tiket bisnisnya di Kamis malam juga sudah habis atau belum, dan ternyata belum. Kabar baik. Setelah mendapat kabar baik itu, gue memutuskan untuk membeli tiket bisnis keesokan harinya. Lalu gue pergi dari menjauh dari stasiun.

Beberapa puluh meter dari stasiun, perut gue mulai bertingkah lagi. Kali ini bukan kentut saja yang gue rasa ingin keluar, melainkan bersama teman-temannya. Gue mencari toilet umum di sekitar dengan gelisah, dan akhirnya ketemu.

Toilet umum yang gue temui benar-benar parah kondisinya. Tidak ada lampu untuk penerangan, dan demi apapun bentuk toiletnya aneh. Gue baru pertama kali melihat toilet berbentuk O yang lubangnya berada di ujung depan. Dan itu juga tidak jelas, toilet duduk atau jongkok. Tapi berhubung gue sudah sangat kebelet dan kepepet, kreativitas gue diuji saat itu. Gue duduk dan rasanya cukup nggak nyaman.

Mari kita lewati cerita tentang boker ini, karena tidak ada yang spesial. Tinjanya pun nggak bisa gue ceritain gimana bentuknya karena gelap. Apakah bentuknya panjang dengan ujung agak runcing?  Apakah berbentuk pendek tapi besar-besar dan terlihat berotot? Apakah ada biji cabai atau daun kangkung di dalamnya? Apakah warnanya sehat atau kehitaman? Gue nggak tahu. Gelap. Oh, kalau lo lagi makan, jangan dibaca ya... eh telat. Hahaha.

Singkat cerita, proses boker yang spiritual itu selesai. Gue akhiri ritualnya dengan menyiram toilet itu. Cuman gue nggak tahu apakah sudah tersiram bersih atau belum. Oleh karena itu gue mengambil HP gue (Samsung Galaxy S3) untuk menerangi toilet dan melihatnya. Lalu, Tuhan nampaknya masih ingin  melihat sedikit lelucon di drama komedi kehidupan gue ini, oleh karena itu HP-nya terpeleset dan jatuh ke dalam toilet. “Plak plak plak... plung.” Bunyinya masih teringat jelas. Bahkan gue masih ingat berapa kali HP gue salto di dalam toilet itu. 3 kali.

Reflek, gue mengambil HP gue itu, lalu menariknya dari dalam toilet. Sisi positifnya: toiletnya sudah bersih. Gue nggak bisa bayangkan kalau saat mengambil HP gue, ada tokai yang masih menempel. Sekali lagi, jangan sambil makan bacanya... eh telat lagi ya? Hehe.

Gue nggak tahu apa-apa tentang tekhnologi HP, namun gue secara naluriah mematikan HP gue dan mencabut baterainya. Karena aliran listrik mungkin bakal membuatnya konslet. Gue langsung ke rumah dengan terburu-buru untuk mencari solusinya di Google. Gue beranjak pulang menjauhi stasiun dengan tertawa sendiri. Gue tertawa dengan komedi yang gue alami. Haha.

Sekarang HP gue sudah gue tangani dengan apa yang Mbah Google bilang. Gue akan melihat hasilnya besok pagi. Ngomong-ngomong, kejadian hari ini merupakan kejadian paling lucu (yang tragis) semenjak gue lulus SMA. Gue kira tidak ada lagi hal bodoh di hidup gue, tapi alam semesta punya cara sendiri untuk menunjukkan kalau gue salah. Haha.

Dan daritadi gue tertawa sendiri mengingat kejadian hari ini. Bukan panik ataupun sedih, melainkan tertawa geli. Karena kalau panik dan sedih tidak akan ada gunanya, tetapi kalau tertawa, seenggaknya gue terhibur. Lagipula, menertawakan kesalahan sendiri itu lebih sehat. Oh, ada satu saran dari gue: kalau suka bermain HP di toilet, pastikan status siaga lo sudah dalam posisi aktif.

Gue selalu berpikir kalau belajar itu paling enak dari kesalahan orang lain, sekarang gue mau elu belajar dari kesalahan gue ini. Gimana? Enak toh? Haha.

No comments:

Post a Comment