Saturday, May 14, 2011

Kenali "di-" dan "di"

Heyo!!!
Sekarang gue mau nulis tentang... ... ... nah, barusan gue lupa lagi apa yang mau gue tulis. Maklum lah, penyakit blogger keren. Waktu ada di mana-mana, inget apa yang mau ditulis. Tapi begitu udah di depan komputer, lupa lagi apa yang mau ditulis.
Okelah, daripada lu semua jadi muntah karena kenarsis-najisan gue, mending sekarang gue bagi-bagi ilmu.

Yak, ilmu. Barusan gue sadar kalo selama beberapa tahun ngeblog, gue belom pernah ngebagiin ilmu yang bener-bener berguna. Jadi, sekarang gue mau bagiin ilmu yang berguna buat elu.
Ilmu yang gue bagiin sekarang bukan ilmu tentang cinta-cintaan lagi. Sekarang gue mau ngasih ilmu gimana cara menulis bahasa Indonesia yang baik dan benar. Yaa, berhubung gue sendiri nggak begitu ahli, kita bahas yang remeh-remeh aja. Bahas tentang pemakaian "di" dan "di-".

Orang Indonesia sekarang kayaknya udah mulai nggak acuh sama bahasanya sendiri. Bahkan saking nggak acuhnya, banyak kata yang arti aslinya jadi menyimpang. Kita ambil contoh yang deket, yaitu kata "acuh" tadi. Acuh sebenernya artinya peduli atau mengindahkan, tapi banyak yang nganggap kalo acuh itu artinya nggak peduli. Dan masih banyak lagi kata berbahasa Indonesia yang artinya jadi ngaco. Selain arti dari kata berbahasa Indonesia yang jadi ngaco, penulisan bahasa Indonesia juga jadi miring. Pernah liat tulisan "Di Jual Rumah Tanpa Perantara" waktu lagi di jalan? Atau, waktu kalian lagi mau ketemuan sama temen, pacar, atau gebetan, si doi kirim SMS "Lu ada dimana?" atau "lw ad4 d1m4nA?" (kalo misalnya pacarnya anak 9awUL)? Yak, semua contoh tadi itu adalah kalimat yang memakai kata "di"/"di-" secara salah.

(Baca: Kenapa emangnya?)

Ya karena emang salah.

Krik... krik... krik.

Oke, pernyataan gue emang nggak ngejawab pertanyaan tadi. Kenapa salah? Karena, seharusnya itu "dijual" dan "di mana". Masih bingung mana perbedaannya? Coba cek kalimat di atas.

Jadi, "di" itu punya 2 fungsi di dalam penulisan bahasa Indonesia, yaitu sebagai awalan dan kata depan. "di-" yang berfungsi sebagai awalan penulisannya digabung dengan kata kerja, dan "di" yang berfungsi sebagai kata depan dipisah dengan keterangan tempat. Simpelnya begini.

1. "di-" yang berfungsi sebagai awalan
Penulisannya digabung dengan kata kerja. Contoh: dijambak, disayangi, dijambak lagi, diludahin sampe mati.

2. "di" yang berfungsi sebagai kata depan
Penulisannya dipisah dengan keterangan tempat. Contoh: di Ambon, di surga, di mana-mana, di antara.

Kesimpulannya, kalo disambung itu nunjukin kata kerja pasif, kalo dipisah itu nunjukin lokasi.

Tapi sayangnya banyak orang yang salah tentang ini. Banyak yang bilang "Ini mah pelajaran SD", dll, tapi dia sendiri salah. Yaa gue rasa kebiasaan nulis salah yang udah berlangsung bertahun-tahun emang susah diubah. Apalagi kalo orang itu udah terlanjur nyaman ada di zona itu. Itu bakal susah banget untuk diubah. Dan gue rasa orang Indonesia banyak yang udah nyaman sama zona salah itu. Berhubung gue nggak sempet fotoin, gue ambil aja contoh dari google.


 Dimana itu digimanain maksudnya?



Di Jual? Ada yang tau Jual itu daerah mana?

Kalo elu termasuk orang yang masih sering keliru, jangan minder dulu. Bukan kalian aja yang masih sering salah, beberapa blogger yang terkenal di kalangan remaja dan bahkan orang-orang media pun juga sering salah. Gue sering ngeliat di koran, dan TV judul-judul yang pemakaian "di-" dan "di" masih ada aja yang salah.

Yaa, kayak yang gue bilang, mengubah kebiasaan itu susah. Dan mengubah kebiasaan penulisan yang salah juga sama kayak mengubah kebiasaan buruk lain. Merokok, misalnya. Pertama-tama, harus ada kesadaran dari perokok kalo merokok itu salah. Kalo nggak, percuma aja. Kedua, sadar akan manfaat dari kebiasaan yang bener itu. Kalo kita berprinsip, "Alah, nggak ngaruh lah. Orang lain juga ngerti (atau orang lain juga ngerokok--dalam kasus merokok)," dalam beberapa hari, gaya penulisan kita bakal balik ke yang salah.
Gue juga dulu juga salah. Itu bisa diliat di postingan-postingan lama gue. Tapi akhirnya dulu gue tersadar sendiri tentang ini, dan akhirnya gue terapin di setiap postingan-postingan gue setahun lebih belakangan ini.
Oh iya, itu juga berlaku untuk kata "ke". Contohnya: ke mana, ke Tanah Kusir (itu nunjukkin kata tempat), atau keinjek, kecekek. Dan misalnya kata kerjanya itu adalah bahasa asing, setelah "di" ada tanda strip yang kemudian diikuti kata kerja dalam bahasa asing tadi. Contohnya: di-download, di-close.

Ini rumus yang gue ciptain secara dadakan:

Untuk kata tempat
Di/Ke + Spasi + Kata tempat = Bener

Untuk kata kerja

Di/Ke + Kata kerja = Bener


Oke deh, mungkin untuk sementara segini dulu. Mungkin ilmu yang gue bagi sekarang bisa ngebantu.
Postingan ini jelas nggak ada unsur lucunya yang bisa ngebuat lu senyum atau ketawa. Tapi percaya deh, kalo lu udah tau hal ini, lu bakal senyum bahkan ketawa sendiri begitu ngeliat ada pemakaian "di-" dan "di" yang sering salah dipake sama orang (gue aja masih senyum-senyum sendiri begitu liat ada spanduk yang bertuliskan "Di Jual..." di jalan-jalan. Gue mikir, "Jual itu daerah mana coba?").

Pemakaian "di-" dan "di" yang salah juga bisa ngebingungin. Contoh situasinya begini:

Mafia: *chatting di MSN* Bos, kayaknya ada cabang organisasi kita yang diserang. (maksudnya di Serang)
Bos Mafia: Hah?! Siapa yang menyerang?
Mafia: (bingung) Nyerang apaan?
Bos Mafia: (bingung juga) Tadi kamu bilang diserang!

Situasi yang bikin bingung kan? Kenapa juga mafia laporan lewat chatting di MSN? Eh, maksud gue kalo pemakaian "di-" atau "di"-nya salah, bisa-bisa kayak di atas tadi. 
Dan sekarang gue jadi bingung juga, perasaan tadi gue udah nutup postingan kali ini. Kenapa masih gue lanjutin? Ya apa pun lah! 
Sekarang bener-bener abis lho. Ciao!

No comments:

Post a Comment