Cukup terkejut sih gue ternyata bisa hidup selama ini. Gue sebagai seorang semi-nihilist tentu tidak mengharapkannya, kalau bisa sih gue mati cepat saja supaya tidak lama-lama menjalani omong kosong yang orang sebut dengan kehidupan ini. Tapi ya gue tidak mau mengakhiri hidup gue juga karena beberapa alasan. Jadi gue hanya bisa menjalani hidup gue dengan cara gue, supaya hidup gue berjalan dengan maksimal menurut hemat gue.
Live to live. Menjalani hidup untuk/supaya hidup. Menghidupi hidup.
Tidak ada yang spesial dalam detik-detik gue berganti menjadi tiga puluh. Sama saja seperti hari-hari biasa. Gue menghabiskan malam pergantian tahun bersama orang-orang yang gue pilih, mengobrol dan tertawa sambil memutar gelas yang berisi air Tuhan. Bercengkrama dengan riang walaupun di paginya gue merasa agak kecewa hahaha.
Ucapan selamat masih mengalir hingga detik ini. I guess I am loved after all, karena mereka mengingatnya padahal gue tidak pernah vokal menyangkut ulang tahun gue. Beberapa orang yang lebih tua dari gue menyambut gue ke dalam klub kepala tiga. Gue masih kayak paragraf pertama tadi, cuman bisa membatin "daaaaaammmmnnnnnn!".
Pagi tadi ketika gue sedang sendirian, gue rebahan di sofa sambil menatap awan dalam waktu yang lama. Rencana awalnya sih hanya ingin melamun saja, karena sudah lama sekali otak gue tidak senggang. Namun tidak sampai sejam, lamunan gue berubah menjadi refleksi diri. Gue jadi merenung mengenai banyak hal yang telah terjadi selama gue hidup. Gue melihat banyak lubang yang seharusnya bisa gue tambal atau gue hindari dalam hidup gue. Sesaat gue merasa menyesal, tapi langsung sadar kalau lubang-lubang itu juga salah satu faktor yang membentuk gue.
Well, anywaaaaay, I don't want to go deep. Pun gue rasa tulisan kali ini sangat berantakan. Jadi sepertinya gue akhiri saja.
So... Yeah. I'm old now. Meninggalkan twenties itu aneh sih. Padahal gue tahu ketika berulang tahun itu ya sama saja seperti pergantian hari biasa, namun ketika memasuki kepala tiga ini rasanya agak berbeda. Semacam dipaksa untuk memikirkan banyak aspek hidup dengan lebih serius. Dan lagi-lagi gue hanya bisa teriak dalam hati, "daaaaaammmmnnnnnn!".
No comments:
Post a Comment