Kemarin gue dan salah satu teman gue terjebak di sebuah
pembicaraan tentang vokal metal. Dan kalau membicarakan tentang vokal metal,
tentunya hal paling dekat yang bisa diasosiasikan adalah nyanyian teriak atau
yang biasa orang-orang bilang scream.
Lha, salah gambar...
Nggak perlu waktu lama untuk gue sadar ke mana teman gue mau
mengarahkan pembicaraannya. Kami berbicara tentang cara scream dan bagaimana
bunyinya, lalu dia bertanya, “Lu masuk band temen gue aja, Ji! Masih baru sih,
tapi udah punya lagu.” Sudah gue duga.
Gue dulu adalah vokalis band metal. Lucunya, gue adalah
vokalis freelance. Jadi gue nggak terikat sama suatu band, tetapi gue sering
dipanggil untuk mengisi posisi vokalis. Gue “disewa” untuk latihan mereka, atau
misal ada konser di tempat lain sebagai pembantu atau pengganti. Dan gue
melakukan itu semua dengan sukarela. Jadi kalau dibayar ya syukur, nggak ya
juga oke.
Kalau tidak salah band yang sempat gue temani ada sekitar 4
band. 2 di antaranya adalah band teman gue, dan sisanya adalah band dari
temannya teman gue. Sempat gue ditawari jadi personil tetap, tapi gue
menolaknya karena beberapa alasan.
Seperti dulu saat di studio musik teman gue ada sebuah band
yang inisialnya FTV. Setelah mereka selesai dan mau pulang, gue masuk untuk cek
mik dengan teriak-teriak. Mereka mendengarnya dan salah satu personilnya
masuk ke dalam lagi untuk menawarkan gue menjadi vokalis baru mereka. Dengan rendah
hati gue tolak, alasannya karena musik mereka punya lirik yang jelek (tapi
mereka sekarang terakhir gue cek sudah punya ribuan fans di Facebook). Dan saat
kemarin teman gue menawarkan untuk jadi vokalis band temannya, gue juga
menolaknya karena nama bandnya aneh. Haha.
Bebas kalian mau bilang gue terlalu sombong atau apalah,
tapi alasan gue nggak pernah bikin/masuk sebuah band karena standar gue tentang
band yang mau gue gawangi tinggi. Tentu supaya bisa dibanggakan. Kalau nama
bandnya sendiri saja sudah aneh karena bahasa Inggris yang maksa atau liriknya
terlalu “band Indonesia”, mending nggak usah. Malah malu nanti.
Teman : Wih! Gue denger
lu jadi vokalis band metal yang terkenal ya? Nama bandnya apa?
Gue : ah, nggak
usah tau deh mendingan. Malu gue. Hehe.
Teman : ayolah, orang
band terkenal kok malu-malu. Emangnya namanya apaan? Kali aja gue pernah
denger.
Gue : The Red
Dahlia Twenty Nine My Age.
Teman : o.... kay...
Oke, mari kembali ke judul. Seperti yang judul bilang,
tulisan ini akan memberi tahu sedikit tips dasar untuk nyanyi teriak.
"Biji gue sakit celananya terlalu ketaaaat, gyaaaaaargh!"
Sebelumnya ada 2 teknik teriakan yang gue tahu: Inhale
Scream dan Exhale Scream.
Sesuai namanya, inhale adalah yang ditarik (nafasnya) dan
exhale adalah yang dikeluarkan. Masing-masing punya penggemarnya tersendiri. Gue
sendiri bisa keduanya. Gue pakai inhale scream saat jaman gue masih SMA sampai
lulus SMA. Terdengar bagus dan brutal memang tipe teriakan ini. Untuk growl, pig
squeal terdengar halus dengan teriakan tipe ini. Dan biasanya tipe ini adalah teknik
pertama yang vokalis band metal bisa, karena memang sangat mudah.
Cara melakukan inhale scream adalah dengan menarik udara
lewat mulut lalu diproses di tenggorokan. Pernah menirukan suara mendengkur? Kurang
lebih seperti itu, tetapi tidak melibatkan hidung di dalamnya. Jadi suara yang
dihasilkan adalah melalui kerja sama udara yang ditarik lewat mulut, diproses
di tenggorokan, lalu berakhir di dada. Untuk pengaturan suara tinggi-rendahnya
bisa diatur lebar mulut yang dibuka dan udara yang ditarik. Dan untuk pig
squeal-nya tinggal bagaimana kalian memainkan tenggorokan. Simpel dan mudah.
Untuk
beberapa tahun gue memakai jenis teriakan ini, dan gue sempat bangga bisa
teriak selama 26 detik pakai satu nafas dengan tipe ini. Namun lama-lama gue
sadar kalau jenis inhale scream ini tidak begitu sadis, dan beberapa vokalis
metal di luar sana malah bilang kalau ini berbahaya. “Jangan teriak dengan cara
ditarik, itu bakal nyakitin diri lu sendiri.” Kata Ed Hermida, vokalis All
Shall Perish yang sekarang sudah menjadi vokalis Suicide Silence, saat gue tanya
apakah dia pakai exhale atau inhale. Maksud dia “nyakitin diri lu sendiri”
adalah inhale scream itu katanya nggak baik untuk suara atau tenggorokan. Banyak
orang di YouTube yang bilang begitu. Walaupun gue agak nggak percaya tapi
akhirnya gue meninggalkan cara itu dan gue belajar teknik exhale scream.
Banyak vokalis metal Indonesia amatir yang mengeluh kalau
exhaling itu susah, oleh karena itu banyak yang tetap pakai inhale scream. Dan akhirnya
mereka terdengar seperti sampah, karena terdengar maksa dan tidak nyaring. Gue pun
awalnya mengalami kesusahan belajar teknik exhale scream ini. Gue belajar
berbulan-bulan lewat tutorial yang disediakan YouTube. Sampai akhirnya gue
menemukan tutorial yang benar-benar membantu yang dibuat oleh Edward James Belk.
Tutorial-nya menurut gue sangat membantu, dan orangnya juga
sangat ramah. Dia bersedia gue tanya-tanya lewat Facebook dan dengan senang
hati menjelaskannya walaupun gue tidak add dia sebagai teman. Dan akhirnya, gue
menguasai teknik ini.
Teknik exhale scream ini jauuuuh lebih sadis ketimbang
teknik inhale dalam semua bidang. Suara lebih nyaring dan terdengar lebih
bagus. Lebih gampang, dan dapat dikombinasikan dengan nyanyian biasa (ketika
nyanyi dengan suara asli, bisa disambung dengan teriakan. Teknik inhaling jelas
nggak bisa ini). Dan rahasia dari jenis teriakan ini adalah nafas dari perut.
Ya, pada dasarnya nafas dari perut adalah kunci dari
teriakan jenis ini. Exhale scream adalah kerja sama antara tenggorokan, dan
perut. Jadi suara yang dihasilkan berasal dari tenggorokan, lalu dibantu nafas
dari perut. Ingat, dari perut! Bukan nafas dari paru-paru. Kalau memakai nafas
paru-paru, suara yang dihasilkan malah seperti orang tercekik. Gampangnya begini,
kalian coba tirukan suara monster yang biasa kalian keluarkan ketika menggoda
anak kecil, lalu suara monster itu dibantu dengan hembusan nafas dari perut
yang dikeluarkan lewat mulut. Atau teriak ketakutan tetapi dibantu udara dari
perut. Itu saja mungkin sudah membantu. Untuk tinggi-rendahnya suara, kalian
bisa mengatur lebar mulut dan kekuatan nafas kalian. Cara exhale scream sendiri
bisa terbagi lagi, tapi coba dulu untuk mengolah suara seperti tadi untuk
pengalaman pertama. Hehe.
Tiap orang memiliki karakter teriak yang berbeda. Gue sendiri
awalnya punya karakter teriak yang sama dengan Oliver Sykes di 2 album awal
BMTH, dan vokalis Alesana. Bisa dibilang karakter teriakan gue standar. Agak
sedih memang, karena gue sangat ingin punya karakter teriak seperti Mitch
Lucker atau Ed Hermida tadi. Tapi ternyata susah. Dan lebih susah lagi itu
teriakan band Jepang. Gue sempat berlatih mencari celah bagaimana untuk bisa
teriak seperti Ruki (vokalis The Gazette), tapi tidak bisa dimiripkan, hanya
mendekati. Ya, sekali lagi, karakter teriakan orang berbeda-beda.
Dan jika kalian mengalami sakit di tenggorokan setelah
mencoba exhaling, berarti kalian masih salah. Ada yang minum dulu sebelum
teriak, dengan tujuan mengurangi rasa sakit atau supaya lebih bagus suaranya.
Ya, menurut gue itu nggak begitu berpengaruh sih. Ada juga yang bilang kalau
mau terdengar bagus, teriaknya sambil mendongak ke atas. Sekali lagi, itu nggak
berpengaruh. Konyol iya. Kan nggak lucu kalau habis konser atau latihan
lehernya mesti diurut karena salah urat. :p
Mungkin itu saja yang bisa gue kasih tahu. Sebenarnya masih
banyak yang mau ditulis, cuman ya akan sangat panjang dan konsentrasi membaca
kalian untuk sebuah artikel tidaklah lama, takutnya malah tidak terbaca.
Mau pakai teknik inhale scream atau exhale scream itu
terserah kalian. Gue pribadi sekarang lebih menyukai exhale scream. Bahkan sekarang band
metal yang memakai teknik inhale scream adalah band cupu di mata gue, alias
jelek (dulu gue suka Chelsea Grin, tapi tidak lagi setelah gue bisa exhale
scream). Sekali lagi, bebas kalian mau pakai yang mana. Gue? Gue sih sekarang
lebih suka bernyanyi jazz ketimbang metal. Jadi nggak perlu repot mengajak gue
masuk band metal kalian. Kecuali nama bandnya masuk akal dan tidak seperti The
Red Dahlia Twenty Nine My Age. :p
No comments:
Post a Comment