Aaaah, berhubung ini sudah mau menuju akhir tahun, bagaimana
kalau gue tulis tentang hal yang berbau lope-lope? :D
Kalian pasti pernah baca atau dengar cerita seorang pria
yang mencari bunga di ladang bunga. Kalau belum tau, gue bakal tulis di sini
biar kesannya blog gue isinya ada yang bener sekali-kali.
Jadi ada seorang pria yang berjalan di ladang bunga. Di
perjalanannya dia terhenti sejenak
karena melihat bunga-bunga yang sangat cantik. Sambil meneruskan perjalanannya,
dia memutuskan untuk mengambil satu tangkai bunga. Sampai akhirnya dia melihat
satu bunga yang sangat cantik. Ia memetiknya dan kemudian kembali berjalan.
Lagi-lagi langkahnya terhenti karena dia melihat bunga lain
yang lebih cantik dari sebelumnya. Tetapi sebelum dia memetik bunga itu, dia
berpikir “ladang bunga ini besar dan luas. Mungkin aku akan menemukan bunga
lainnya yang lebih cantik dan sempurna dari ini bila aku mencari lagi!”
Ia pun membuang bunga yang sedang dia pegang dan berjalan
terus mencari bunga lain yang lebih sempurna. Tidak lama ia terhenti karena
melihat satu bunga “Ah, cantik sekali bunga ini! Bunga ini lebih cantik dari
yang tadi! Akan kupetik yang ini dan kubawa pulang.” Akhirnya ia memetik bunga
itu, membuang bunga sebelumnya, dan meneruskan perjalanannya.
Tidak lama kemudian dia menemukan bunga lain yang lebih
cantik, dan hal seperti sebelumnya terulang. Ia
buang bunga yang sudah diambil dan berjalan terus sambil terus melakukan
pencarian akan bunga yang sempurna. Setiap kali dia menemukan bunga yang
menurutnya cantik dia buang, karena selalu ada cacat atau hal kurang, dan akan
selalu ada bunga yang tampak lebih cantik dan menarik di depan matanya.
Ia terus berjalan, memetik, dan membuang. Memetik, berjalan,
dan membuang. Begitu terus sampai tanpa disadari dia sudah berada di ujung
ladang bunga tersebut. Tidak hanya itu saja, hari pun sudah malam, sehingga dia
tidak lagi bisa melihat bunga yang lebih cantik di ladang tersebut. Bunga
terakhir yang dipetiknya ternyata tidak sebagus bunga pertama yang dia petik.
Sang pria sudah kehabisan tenaga dan memutuskan untuk menghentikan
pencariannya. Pada akhirnya dia pun pulang dengan tidak membawa satu pun bunga
yang cantik.
Nah maksud dari cerita itu adalah: kalau kita mencari hal
yang sempurna, kita biasanya cuman akan kecewa. Prinsip ini sangat berlaku
dalam hal pasangan. Pasangan yang sempurna ya cuman bantal guling kalian. Lu nggak
akan ketemu sama pasangan yang sempurna, karena elu sendiri nggak sempurna.
(Baca: Tapi pasangan gue sekarang sempurna, man! Dia cantik,
manis, dan baik.)
Ya tapi siapa tau aja dia jari tangannya cuman 4 setiap
tangannya. Pasti ada saja hal-hal yang minus di dirinya. Tapi kenapa dia bisa lu anggap sempurna?
Seseorang akan terlihat sempurna kalau kita lagi dalam
keadaan suka sama dia. Karena otak akan tetap menyuruh kita untuk menyukai
setiap centi, setiap sel dari dirinya. Misalnya orang yang lu suka itu doyan
ngupil, otaklu akan menyuruh lu berpikir “wah dia higienis, makanya dia suka
membersihkan diri sampe hidung-hidungnya.” Atau pas dia kentut dan kentutnya
itu baunya Afgan (baca: sadis), otak lu tetep nyuruh lu untuk berpikir super
positif bahkan ketika lu hampir ambruk dan diopname karena baunya.
Inti dari semuanya: Nggak ada orang yang sempurna. Pencarian
akan orang yang sempurna cuman akan membawa lu ke titik di mana lu ngerasa
lelah.
Tapi walaupun itu nggak sempurna, bukan berarti itu nggak
bisa menjadi lebih baik. Dan gimana cara supaya lebih baik itu tergantung
gimana elu ngejalaninnya. Tapi sekali lagi gue ulang, jangan pernah mencari pasangan yang sempurna. Cuman buang-buang waktu.